Cari

Sabtu, 31 Desember 2011

Himbauan Untuk seluruh Anggota XTC SRI

UNTUK SEGENAP KELUARGA BESAR XTC SEXYROAD INDONESIA, KHUSUSNYA JAWA BARAT.
DIHIMBAU AGAR TIDAK MELAKUKAN KONVOI DI MALAM TAHUN BARU,APARAT KEPOLISIAN AKAN MENINDAK TEGAS,BROTHERS SEXYROAD YG AKAN BERKUNJUNG KE BANDUNG PALING LAMBAT MASUK PERBATASAN KOTA BANDUNG SEBELUM JAM 17:00WIB.
KARNA APARAT KEPOLISIAN AKAN MNUTUP SMUA AKSES MENUJU KOTA BANDUNG SBELUM PUKUL 17:00WIB.
SMOGA INFORMASI INI BERMANFAAT UNTUK SMUA KLUARGA BESAR XTC SEXYROAD INDONESIA.
Satu Hati..Satu Jiwa..Satu Tujuan..
BRAVO XTC !!!
Terima kasih

29 ANNIVERSARY XTC SEXY ROAD INDONESIA

Minggu, 27 November 2011

Sabtu, 26 November 2011

OPEN BETA NEW FORUM XTC SEXY ROAD INDONESIA

 TELAH DIBUKA
untuk seluruh anggota XTC SRI

Bagi Seluruh Anggota XTC SRI yang ingin menanyakan suatu masalah atau ingin mendiskusikan sesuatu silakan bergabung di FORUM XTC SRI di   http://sexyroad.indonesianforum.net 

Minggu, 18 September 2011

Apa itu Geng Moror?

Mulanya kumpul-kumpul sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi geng yang beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka membentuk
gaya hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi menancapkan identitas kelompok. Ngetrack, kebut-kebutan, dan tawuran adalah upaya dalam pencarian identitas itu.
KAWASAN Cilaki, Bandung, suatu sore. Matahari mulai menepi. Tak seluruh siluetnya jatuh ke jalanan. Kerimbunan pepohonan menghalanginya. Dalam teduh, tiga remaja terlihat sedang duduk-duduk. Mereka pelajar sekolah menengah atas yang sedang membunuh waktu, menunggu tibanya jadwal bimbingan belajar.
Dari kejauhan, sepeda-sepeda motor menderu-deru. Jumlahnya belasan. Mereka jalan beriringan. Pedalnya dibuat meraung-raung, walau kecepatannya tak lebih kencang dari pembalap paling bego sekalipun.
Mereka melintasi tiga pelajar itu. Mereka, seperti tiga pelajar itu, semuanya berseragam putih abu. Tapi kedua kelompok jelas dari sekolah yang berbeda, dan mungkin tak saling kenal. Sebagian pengendara menyembunyikan seragam putih-abu itu di dalam jaketnya.
Tepat di depan ketiga pelajar, salah satu pengendara motor terjatuh, seperti disengaja. Sontak saja teman-temannya melimpahkan kesalahan kepada tiga pelajar itu. “Maneh budak mana, tong macem-macem ka aing,” bentak salah satu pengendara motor itu. (Kamu anak mana, jangan macam-macam.)
Tiga pelajar tadi tak merespon. Merasa di atas angin, para pengendara itu melampiaskan kebinatangannya. Salah seorang mulai memukul. Dan ketika ketiga pelajar itu tak menunjukkan perlawanan, yang lain makin berani dan mulai ikut memukul. Adegan selanjutnya sudah bisa diduga, pengeroyokan tanpa alasan berlangsung dalam waktu cepat. Dua di antara tiga pelajar itu babak belur.
Antoni Adi Krisna, salah satu pelajar dari SMUN 9 Bandung , dipukuli bertubi-tubi. Darah segar mengalir dari hidungnya.  Pelajar lainnya dari sekolah yang sama, Muri Nugraha, dipaksa untuk menyerahkan barang berharga. Dompet pun melayang. Seorang lagi, Rizal Satria pelajar SMUN 2 Bandung, selamat dari aniaya itu. Ia mengambil langkah seribu.
Usai  beraksi, geng tadi berlalu. Seorang pengendara tak lupa berseru dengan pongah “Aing raja jalanan tong macem-macem ka aing.” (Aku raja jalanan, jangan macam-macam).
Suara knalpot memecah telinga, kemudian sunyi.
“Saya dan pedagang lain melihat kejadian itu, tapi tidak satupun di antara kami yang berani melawan mereka. Jumlahnya terlalu banyak,” Maryati, pemilik kios itu mengatakan kepada saya
Menurut Rita pengelola Daniel Bimbingan Belajar, Antoni Adi Krisna mengalami shock dan tidak ingin ditemui oleh wartawan. Demikian juga dengan orang tuanya yang tak ingin anak-anaknya terus terusan dijadikan bahan pemberitaan. “Ini tempat bimbingan belajar, jadi kami sangat menghormati pripasi pengguna jasa kami,” ujar Rita ketika saya meminta bertemu degan Antoni.
ADA masa-masa tak aman di jalanan Bandung. Geng motor, beranggotakan beberapa orang atau puluhan hingga ratusan, tak jarang bikin cemas.
Ajun Komisaris Besar Polisi Masyudi, Kepala Polisi Resort Bandung Tengah, termasuk yang jengkel atas perilaku mereka. Ia mengancam akan melarang keberadaan geng motor.
Bisa dipahami kalau Masyudi jengkel. Soalnya, menurut Inspektur Polisi Wadi Sa’bani, Kepala Unit Reserse Kriminal Polisi Sektor Bandung Tengah, kasus-kasus kriminal yang melibatkan geng sepeda motor belakangan ini menunjukkan kecenderungan meningkat.
Dalam satu tahun terakhir saja, kata dia, terjadi dua kasus setiap minggunya. Jumlah ini belum termasuk pengaduan dari masyarakat. Jenis kejahatannya beragam, mulai pencurian, tawuran, perampokan dengan kekerasan dan pengrusakan tempat umum.
 “Di
kota lain, aksi brutal para gengster tidak separah di Bandung, bahkan mungkin tidak ada,”ujarnya, menerka-nerka.
Sa’bani yang saya temui di kantornya mengungkapkan perilaku mereka didasari motif yang tak jelas. Bahkan, bukan sekadar kebutuhan ekonomi. Faktanya, banyak dari mereka berasal dari keluarga mampu. “Ada semacam kepuasan jika melakukan aksi melanggar hukum.”
“Kebanyakan dari mereka yang tercatat di kepolisian adalah anggota kelompok XTC.”
Menurut Sa’bani, di antara mereka tak sedikit residivis dalam kasus pencurian kendaraan bermotor.
Ada catatan buat si residivis itu. Salah satunya menimpa perempuan muda bernama Furwanti, 18 tahun. Tengah malam ia lewat di Jalan Laswi. Tiga motor dengan enam orang pengendara, melaju pelan di hadapan Furyanti.
Plat nomor motor mereka ditutupi plastik. Satu dari mereka memepet Furyani dan menempelkan sebilah golok di samping leher Furwanti. Hanya perlu sedikit gerakan untuk menyobek leher itu. Furwanti terkesima dan berhenti.
Dengan sewenang-wenang mereka merampas helm dan kunci kontak, lalu kabur dengan kecepatan tinggi. Belum habis teriakan Furwanti, beberapa polisi mendekati Furwanti kemudian langsung mengejar mereka. Nampaknya polisi telah mengintai mereka dari jauh.
Polisi hanya berhasil menangkap dua tersangka pelaku. Empat orang lainnya lolos.
***
KECENDERUNGAN perilaku mereka mengarah ke kriminal setidaknya telah berlangsung sejak tahun 1990-an lalu, tak lama setelah arena balapan di jalanan di
Bandung dijaga ketat aparat kepolisian. Jalanan yang sering digunakan untuk kebut-kebutan antara lain  kawasan Gasibu di Jalan Diponegoro, kawasan Dago dan Jalan Supratman.    
Arena kebut-kebutan tak lagi terlokalisasi. Mereka menyebar secara sporadis ke jalanan lain yang lolos dari pindaian polisi. Jalanan membawa hawa panas rupanya. Mereka tak sekadar kebut-kebutan, tapi juga tawuran.
Pada 1995, tiga pemuda dikerangkeng di balik penjara, karena terbukti bersalah dalam kasus tawuran antara geng Brigez dengan Binter Mercy. Satu orang anggota Binter Mercy tewas.
Saya berkunjung ke rumah Ilmanul salah satu anggota Brigez yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Saya mendapat sambutan hangat darinya.  “Saat itu saya tidak tahu ada orang yang terbunuh, saya baru tahu dari koran keesokan harinya,” ujar Ilmanul meceritakan kepada saya.
“Dalam tawuran, kita tidak peduli berapa korban yang terluka atau yang terbunuh, yang penting saat itu bagaimana menyelamatkan diri dan teman-teman,” tambahnya.
Ilmanul dihukum dua  tahun penjara, sedangkan dua orang temannya masing-masing dihukum tiga tahun dan 2,5 tahun penjara. “Waktu itu memang kami bersalah, menggesek-gesekan samurai di depan mereka,” kata Ilmanul.
Yopi,  anggota GBR, mengisahkan tragedi paling mengerikan dalam hidupnya pada tahun 1998, ketika terjadi perang besar-besaran antara GBR dengan XTC yang melibatkan ratusan anggota geng motor di kawasan Dago. Lima orang meninggal dalam tragedi itu. Mereka mengenangnya dalam ungkapan “Dago Menangis.”
Yopi lulusan Universitas Pasundan Bandung  tengah mendirikan lembaga konsultan dalam bidang pangan. Ia memutuskan untuk tidak lagi ikut dalam kegiatan geng motor.
“Teman saya banyak yang meninggal, akibat tawuran dan OD (Over Dosis-red),”ungkapnya.
Wendy Prananda, juga anggota GBR, menyaksikan temannya sendiri kehilangan salah satu telinganya akibat dipotong lawan tawurannya. Tapi peristiwa-peristiwa itu tidak menjadi alasan untuk jera. Wendy menyukai dunia broadcast. Ia menjadi juru kamera di salah satu televisi lokal di Bandung. “Kami seperti keluarga, meski saya sudah jarang gabung, tapi soal kesetiakawanan gak pernah luntur,” kata Wendy ketika saya menemuinya di kantornya.
Tahun itu seolah menjadi titik klimaks aksi brutal mereka. Pertemuan antar geng sering jadi saat yang paling rawan gesekan. Nyawa berguguran dan melahirkan dendam tak berujung.
Samurai, jenis golok berukuran panjang yang biasa digunakan oleh kelompok Ninja di Jepang, menjadi senjata khas mereka. Tidak hanya saat tawuran, senjata ini biasa dipamerkan pada saat konvoi. Samurai dilepas dan ujung runcingnya digesekkan ke jalanan hingga memercikan cahaya api.
Senjata lainnya yang biasa digunakan yakni golok, stik soft ball, bom molotof bahkan senjata api jenis pistol. Tidak tahu pasti siapa yang menggunakan senjata api, namun dari penuturan sebagian anggota geng yang saya temui, semuanya pernah melihat teman satu gengnya menggenggam pistol atau malahan diancam dengan pistol.
Tragedi demi tragedi terus terjadi. Dendam terus berkecamuk, seperti snow ball.
“Tidak perlu ada masalah, pokoknya kalau ketemu, kami saling hajar,” kata Devi Makmur alias Felix, salah satu pentolan XTC. Usianya masih muda belum genap 30 tahun. Saya menemuinya di sebuah café tenda di Jalan Dipatiukur.
Kejadian paling hangat Agustus 2006 ketika  Brigez sedang konvoi ke daerah Garut. Tiba-tiba XTC melempari mereka dengan batu. Terjadi kejar-kejaran, lalu tawuran. Satu unit rumah dan mobil milik warga hancur.
“Permasalahan dengan XTC tidak akan pernah berakhir sampai kapan pun. Kami tidak pernah mewarisi dendam ini, tapi generasi selanjutnya akan tahu dengan sendirinya,” ujar Ilmanul kepada saya.
***

PERLU dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio.

Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua.
Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.
Ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker , Grab on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez). Keempat geng itu sama- sama eksis dan memiliki anggota di atas 1000 orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah pinggiran Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon dan Subang.
Kita mulai saja dengan Moonraker. Inilah konon ruh dari semua geng motor di Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini, dirajut oleh tujuh orang pemuda yang sama-sama hobi balap.
Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar  ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat.
Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu penyelamat.
 “Panglima Perang” mungkin terdengar unik dalam sebuah organisasi pencinta motor. Istilah ini biasanya digunakan oleh lembaga keamanan atau kelompok bersenjata.
Di Moonraker sendiri,  Panglima Perang bertugas mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain. Jika ada keputusan perang, informasi menyebar ke seluruh anggota paling lama dalam waktu 24 jam.
Bagi para pembangkang yang melanggar tata tertib organisasi, sudah disiapkan tempat yang mereka sebut dengan nama “Sel 13,” semacam mahkamah pengadilan.
Tempat ini paling dihindari oleh semua anggota. Jangan mengharap sebuah proses hukum layaknya sebuah lembaga pengadilan. Di sini para pembangkang itu akan mendapat penyiksaan dari senior-seniornya.
Kategori pelanggaran itu antara lain memakai dan mengedarkan narkoba, bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan sesama anggota Moonraker.  
Pengikut Moonraker semakin lama, terus membengkak. Kini tercatat anggotanya mencapai 1.400 orang, tersebar di berbagai wilayah.
Menurut Dandy Alfandy, salah satu pentolan Moonraker, sejak awal kelompok ini berorientasi pada balapan. Konflik dengan geng XTC (musuh terbesar Moonraker) pertama kali dipicu saat berlangsung kompetisi Road Race piala Djarum Super tahun 90-an. Persoalannya sepele saja, hanya senggol-menyenggol di arena balapan, entah siapa yang memulai.
Puncaknya, terjadi tawuran besar-besaran antara ke dua geng ini pada tahun 1999. Satu orang meninggal dunia pada peristiwa itu. Hingga kini dendam sejarah itu masih mengendap dari generasi ke generasi. ”Pernah ada upaya damai, tapi percuma saja. Sekali musuh tetap musuh,” ujar Dandy.  Saya berbincang dengan pemuda Dandy di kantornya.
Kini Ia membuka usaha penyedia jasa travel.
XTC punya anggota lebih banyak dari Moonraker. Siapa mereka? XTC atau Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda.Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. 
Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela.
Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya yang sudah melebihi 10.000 orang.
Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC. Brigez yang paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.
“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung.
Pasukan ini juga memiliki Koordinator Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada saat akan melakukan perbutan wilayah. Perebutan wilayah  termasuk upaya dalam rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise dikalangan gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan diam-diam ke basis-basis lawan.
Anggota XTC, banyak anak-anak  dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar.   
“Kami punya koneksi dengan pihak kepolisian, jadi kalau ada urusan dengan polisi cepat selesai,” ujar Felix meyakinkan saya.
Saya menemui Luki, generasi kedua geng lebah ini di sebuah café di Bandung. Ia seorang Sarjana Hukum dan kini bekerja di salah satu lembaga formal. Tak diduga Luki dikawal oleh lebih dari 6 orang teman satu gengnya dan saya berada di tengah-tengah mereka. Mereka bersikap sopan dan menunjukkan keinginannya berbagi cerita dengan saya. Saat itu saya seperti berada dalam acara talkshow, karena harus membagi kesempatan semua untuk bercerita. Bahkan saya sempat mendapat tawaran untuk menjadi ketua geng, wuaduh
“Kami ini kumpulan anak-anak nakal makanya masuk geng motor, kalo mau jadi anak baik-baik lebih baik masuk pesantren saja,” ujar Iskandar, laki-laki paruh baya. “Kerjaan kami ya hura-hura, bersenang-senang,” tambahnya.
Lalu, mengapa geng motor identik dengan kekerasan?
“Itu karena aparat  yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar.
“Mungkin bagi polisi tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.
Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak XTC.
Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah satu karyawan bank berplat merah di Jawa Barat.  Ia tak banyak banyak bicara, bahkan pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkan kepadanya justru banyak dijawab oleh Luki.
Saya memutuskan menemui Pepi lagi. Kami bertemu di tempat yang sama keesokan harinya. Pepi membawa tiga orang kawannya. Dadan salah seorang di antaranya mengatakan bahwa telah terjadi selisih paham di atara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami, ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun.
Pepi mengaku sering diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi kalah,” kata Pepi.
“Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala, ya lumayan lah..”
Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung.
Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjukrasa itu bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka memilih damai.
Pertengahan 2003, XTC melakukan penyerangan sensasional. Mereka menyerang kantor Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes)
Bandung. Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial, akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia.
Polisi tak bisa berbuat banyak menghadapi ribuan
massa yang memadati Jalan Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes
Bandung. 
“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat:  “tolong rangkul kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”
TAHUN 1980-an juga ditandai kelahiran Brigez dan GBR.
Brigez lahir di SMUN 7 Bandung,  sesuai dengan namanya Brigade Seven. Sejak masih embrio pada tahun 80-an geng ini merupakan rival terberat XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar kumpul-kumpul biasa. “Kami hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak pakai helm, tidak pakai lampu apalagi rambu-rambu,” kata Ilmanul, salah satu pendiri Brigez.
Dulu geng ini hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor. Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas. Tidak ada pengurus, hanya ada ketua yang bertugas mengkoordinir saja.
Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya, menjadi lambang identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya.
Nama Brigez  acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja, karena mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang surya.
Berbeda dengan XTC, Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka menolak bersimbiosis dengan lembaga plat merah atau ormas bentukan kelompok politik tertentu. Menurut Ilmanul, lamaran dari Ormas Pemuda Pancasila untuk bergabung, ditolaknya mentah-mentah. Kalau pun ada anggotanya yang menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan tidak membawa bendera Brigez.
Bersamaan dengan Brigez, muncul pula Grab on Road (GBR). Yang berbeda, geng ini dilahirkan di lingkungan SMPN 2 Bandung. Mereka tak rikuh kebut-kebutan, sekalipun banyak yang belum pegang surat ijin mengemudi.
Kelompok ini mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu berbau Jerman, paling tidak warna benderanya hitam-merah-kuning (urutan dari atas ke bawah).
Meski lahir di SMPN 2 Bandung, anggota GBR beragam. Bukan hanya siswa atau alumni sekoah itu saja, tapi kalangan umum lain.
Saya menemui Supiana, Pebina Urusan Kesiswaan SMPN 2 Bandung. Ia menolak sekolahnya diidentikan dengan  geng. “Tidak ada fakta bahwa GBR berdiri di SMPN 2,” ujarnya. Namun ia membenarkan halaman sekolahnya dijadikan tempat bergerombol pada sekitar tahun 80-an.
WENDY Pranandha, anggota geng GBR, mengatakan keinginannya masuk geng karena pengaruh lingkungan. “Saya terpaksa masuk geng karena 80 persen siswa SMP 2 saat itu anggota geng GBR, selain ingin coba-coba.”
Dari Wendy dan beberapa anggota lain, saya punya kesan bibit anggota geng sepeda motor di Bandung dipupuk mulai usia belasan tahun, bahkan itu tadi, sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).  Banyak sekolah-sekolah menjadi basis mereka.  Seperti SMUN 7 terkenal sebagai sarangnya Brigez, SMU BPI sarangnya XTC dan SMP 2 tempat lahirnya GBR.
Labelisasi geng motor terhadap sekolah tertentu mempengaruhi  pilihan para calon siswa ketika menentukan sekolah mana yang akan mereka pilih. Siswa yang sudah memiliki keterikatan dengan geng tertentu semasa duduk di SMP, akan memilih SMU yang merupakan basis geng asalnya.
Sedangkan siswa yang netral justru akan menghindari sekolah-sekolah yang identik dengan geng. Bisa juga karena kehawatiran orang tua sehingga dimasukkan ke sekolah yang lebih bersih dari geng. Meski demikian banyak  siswa dan orang tuanya yang tidak terpengaruh dengan isu ini.
Pihak sekolah SMUN 7 Bandung, tempat bersarangnya  Brigez, dulu kewalahan menghadapi mereka. Setiap hari ada saja ulah mereka,  mulai malak (meminta uang dengan paksa) teman-teman sekolahnya, hingga mengancam para guru. Uang diistilahkan oleh mereka dengan sebutan “sumsum.”   
Wakil Kepala Sekolah SMUN 7 Bandung Sucipto, pernah diajak berkelahi oleh para anggota geng. Sucipto memang getol memerangi mereka.Ban motornya sering kedapatan bocor atau namanya menjadi mozaik di tembok-tembok sekolah dengan tulisan kasar dan mengejek.
Pada 1999, SMUN 7 melakukan pembersihan terhadap gengster. Spanduk-spanduk anti geng, pembersihan tembok-tembok dari coretan “Brigez” dilakukan dalam tempo singkat. Lalu pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan siswa yang terlibat geng.
Meski demikian, setiap tahun ada saja bibit Brigez yang tumbuh.
Dilarang di sekolah, mereka mengeruhkan jalanan. Di jantung kota, di pasar-pasar, di daerah pertokoan, jembatan, di gedung sekolah, gedung pemerintahan, taman kota, dimana-mana di kawasan Bandung pasti terdapat coret-coretan. Medianya bisa tembok, papan, batu, seng atau apapun yang bisa menjadi media tulis.
Sekilas, coretan-coretan itu tidak bermakna apa-apa. Kalau diperhatikan coretan-coretan itu bertuliskan nama-nama geng motor. Yang paling banyak ditemui adalah tulisan Brigez, XTC, M2R dan GBR . Bukan hanya di kota Bandung, di daerah-daerah pinggiran pun, banyak beredar tulisan-tulisan semacam itu.
Sepertinya memang sepele. Tapi dari coretan itu bisa terjadi pertumpahan darah. Tulisan nama geng di tembok di wilayah tertentu, menandakan wilayah kekuasaan geng itu. Tulisan nama geng juga berarti kebanggaan bagi geng tersebut.
Masalah muncul jika dalam sebuah dinding terdapat nama salah satu geng, tapi kemudian ada yang mencoret dan diganti dengan nama geng lain. Ini adalah salah satu pemicu terjadinya tawuran antar geng.  “Kalau ke luar kota, kami pasti menyempatkan mencoret dinding, itu menandakan bahwa kami pernah ke tempat itu dan itu adalah kebanggaan,” kata Ilmanul
Bagi para geng coret-coret dinding itu memicu adrenalin. Mereka harus berhadapan dengan aparat keamanan pada saat beraksi. Lebih dari itu mereka  harus berhadapan dengan geng lain yang menguasai wilayah setempat.
MASUK ke dalam komunitas ini tidak cuma-cuma. Calon anggota Moonraker, misalkan, tak jarang diwajibkan mengendarai motor tanpa rem dari Lembang hingga Jalan Setibudhi Bandung. Jaraknya sekitar 15 kilometer.
Kalau tidak disuruh ngebut tanpa rem, anak baru dipaksa berkelahi dengan seniornya.
Pendeknya, mereka tampil pada panggung kehidupan sosial dengan menawarkan model-model kekerasan. Diakui atau tidak, itulah pola yang terbentuk melalui berbagai gerakan yang mereka tampilkan. Tindakan kekerasan seperti  kebutuhan spritual untuk membentuk identitas kelompoknya.
 “Tindakan melanggar hukum memang ada, hanya agar orang lain tahu bahwa kami ada,” kata Ilmanul, anggota Brigez itu.  Ia kini berusia 27 tahun dan kini berwiraswasta. “Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang, itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Ada juga  yang mencuri, tapi uangnya digunakan rame-rame untuk pergi keluar kota atau konvoi,” tambahnya.
Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara kolektif  bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan. Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka “mewajarkannya” sebagai salah satu upaya mencari jati diri.
Yopi, anggota GBR berusia 25 tahun, punya pengalaman yang membuat jantungnya bertabuh. Pada suatu malam di Jalan Cihampelas, dia bersama seorang temannya menghadang dan mengancam seorang pengendara motor. Setelah berhasil mematahkan keberanian orang itu, ia dan temannya justru bingung mau melakukan apa. Akhirnya keduanya sepakat untuk mengambil uang secukupnya dari dompet korban, lalu kabur sekencang-kencangnya.
“Deg-degan, tapi puas karena gak tertangkap polisi,” kenang Yopi seraya tersenyum lebar.
Ada juga inisiasi yang lain. Untuk menjadi anggota senior, misalkan. Ia tidak cukup dengan berapa lama dia bergabung di geng itu, tapi butuh pembuktian bahwa orang itu berani melakukan hal yang paling beresiko sekalipun. Semakin tinggi resiko yang dia ambil, semakin tinggi pula penghormatan atas dirinya
Senior adalah kedudukan penting bagi geng. Seorang senior mempunyai keleluasaan dalam hal apapun. Ia juga mempunyai hak menentukan keputusan terhadap para junior. Kedudukan senior bahkan lebih tinggi di atas ketua geng. Senior bisa memutuskan salah atau benar dan menghukum junior dengan caranya sendiri.
Wendy Pranandha, anggota GBR, mengatakan peran senior amat menentukan. Sekali saja ada anggota yunior tidak kelihatan kumpul wajib  setiap malam minggu, si senior akan menghajar sesuka hatinya, tak peduli  alasan apapun.
Kekerasan seolah mewakili spirit mereka. Mungkin juga mereka menganggap itu pilihan 
gaya hidup.

Sabtu, 27 Agustus 2011

Sahur In the road 2011 berahir BUBAR

sahur on road 2011 kali ini berahir dengan bubar karna tidak tertib nya para anggota dan Rekan-rekan XTC SRI , ada sebagian infromasi acara di bubarkan karna para anggota memakali atribut
baru saja sampai di rute Perempatan Supratman para Iring"an perserta anggota XTC SRI d hadang oleh mobil polisi yang membawa anggota kembali ke cikaso,
setelah sampai nya di cikaso semua peserta dibubarkan oleh polwiltabes kota bandung.
Seluruh anggota Di pulangkan ke cabang nya masing" ,tak banyak anggota yang kecewa dengan acara tahun ini.

Sumber : Gitz Creativ Ckz

Kamis, 21 Juli 2011

MUNAS XTC SRI 2011

Untuk seluruh anggota XTC SEXY ROAD INDONESIA perisapkan kalian untuk MUNAS XTC SRI 2011 yang akan di selenggarakan di bandung !
semoga bisa menjadikan XTC SRI Lebih baik dan terdepan !


Thnxs Forr all

Gitz Kordi.XTC CHANK99 CKZ

Sabtu, 04 Juni 2011

Pembina XTC Akan Cari Tahu Apakah Pelaku Anggota atau Bukan

Bandung - Pembina XTC hingga saat ini belum mendapat informasi mengenai penangkapan sejumlah pemuda yang diduga anggota XTC yang diserang warga karena melakukan tindakan penganiayaan. Pembina XTC akan mencari kebenaran informasi tersebut."Hingga saat ini saya belum mendapat informasi adanya anggota XTC di Kabupaten Bandung yang ditangkap karena melakukan penganiyaan," jelas Senior Pembina XTC Indonesia, Ahmad Ridwan saat dihubungi detikbandung via ponsel, Kamis (18/11/2010).Ia menegaskan, anggota XTC selalu dibekali kartu tanda keanggotaan."Nanti utusan pengurus XTC akan berkoordinasi dengan Polres Bandung. Kami hanya ingin memastikan apakah yang ditangkap itu anggota resmi XTC atau bukan," jelas Ahmad yang juga kuasa hukum XTC.Bila benar nanti terbukti anggota XTC, kata Ahmad, pihaknya tentu saja menyerahkan sepenuhnya proses penyidikan kepada pihak berwenang. Namun begitu, lanjut dia, saat ini yang menjadi sorotan apakah kejadian itu murni penganiayaan yang dilakukan anggotanya atau justru anggotanya melakukan pembelaan diri."Kami kuasa hukum XTC tidak tinggal diam bila itu terbukti anggota. Kami akan mencari kebenaran," tutup Ahmad.Pada Selasa malam (16/11/2010) pukul 21.00 WIB, tujuh anggota XTC datang menggunakan sepeda motor. Usai memarkirkan motor, mereka masuk ke rumah Jajang, warga Desa Mekarasa Kecamatan Pasir Jambu. Tanpa basa-basi, mereka langsung menghajar Jajang menggunakan stik baseball dan golok.Mengetahui ada warga yang disiksa, warga setempat bereaksi dan langsung menyerang balik mereka. Beberapa warga ada yang membawa golok dan senjata lainnya. Kalah jumlah dengan warga, anggota geng motor justru babak belur.(bbn/avi)

Senior Club Motor Mengaku Jalin Hubungan Harmonis

Bandung - Para senior geng motor di Kota Bandung seperti XTC, Brigez, GBR dan Moonraker mengaku menjalani hubungan yang harmonis. Mereka pun berharap hubungan baik yang terjalin di antara sesama senior bisa ditularkan pada junior mereka.

Ke epannya, hubungan harmonis antar senior ini akan disosialisasikan pada junior-junior. Seperti diutarakan oleh Jimen perwakilan dari GBR. Dituturkan Jimen, para pendiri dari kelompok bermotor di Bandung saling mengenal dekat.

"Bahkan hingga saat ini kami sering sms-an dan komunikasi lewat telepon. Dan tidak ada masalah," ujar dalam pertemuan di Kantor Ikatan Motor Indonesia Jabar di Kompleks Setrasari Mal Jalan Surya Surya Sumantri, Selasa (21/9/2010).

Jimen merasa menyayangkan jika keharmonisan yang selama ini dibangun oleh para senior atau pendiri tidak dilakukan oleh para juniornya. Ia pun akan melakukan sosialisasi pada penerusnya itu.

Begitu pun yang dikatakan Agi dari XTC. "Hubungan kami, XTC, Brigez, Moonraker dan GBR terutama para pendirinya hingga saat ini tidak memiliki masalah. Untuk hal ini diharapkan bisa dilakukan oleh junior. Sudah saatnya pimpinan di wilayah masing-masing melakukan sosialisasi agar tidak ada permusuhan," utur Agi dalam acara yang sama.

Senada, Aria dari Brigez juga menuturkan, para senior kelompok motor di Bandung itu bahkan begitu akrab dan tak ada rasa permusuhan. "Ya kalau kita ketemu, kita saling mengobrol, bahkan suka foto bareng," ujar Aria.

Sementara Holis dari Moonraker mengungkapkan selama ini jalinan komunikasi terus terjalin antara senior kelompok motor ini. "Bila ada junior yang bermasalah dengan kelompok lainnya, kami selalu mengutus duta (perwakilan/utusan-red) untuk menyelesaikan masalah agar tidak terulang," katanya.

Usai pertemuan tersebut, para gegeduk kelompok bermotor itu terlihat begitu akrab, saling mengobrol dan memanggil dengan nama panggilan.

Ketua IMI Jabar: Insiden Jambore di Luar Perkiraan Kami

Bandung - Ketua IMI Jabar Oke Djundjunan menyatakan insiden Jambore Otomotif yang digelar di Subang, Sabtu (25/9/2010), di luar perkiraan panitia. Bahkan salah satu tujuan Jambore adalah meluruskan citra negatif klub motor XTC dan Moonraker.

"Kami minta maaf atas kejadian kemarin, kami juga kecewa. Melalui Jambore, kami juga ingin meluruskan citra negatif dua klub motor tersebut," ujar Oke saat dihubungi detikbandung, Selasa (28/9/2010).

Dijelaskannya, banyak tujuan yang ingin dicapai dalam Jambore tersebut. Intinya, Jambore dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi antar klub dan anggota klub motor yang ada di bawah naungan IMI.

"Banyak sisi positif yang bisa kita ambil dari pelaksanaan Jambore kemarin. Kalau terjadi hal demikian (bentrokan - red), itu di luar perkiraan kami," terangnya.

Dalam Jambore, kata Oke, lebih dari 100 klub hadir untuk menyukseskan event otomotif tersebut. Di luar bentrokan yang terjadi, acara justru berjalan sukses. Misalnya ada kegiatan donor darah yang dilakukan peserta jambore, berbagai kejuaraan di lokasi acara, dan lain-lain.

"Jambore merupakan salah satu bentuk tanggung jawab IMI kepada semua pihak. Kami ingin memupus citra negatif dan membuat semua klub anggota IMI bisa membuat sesuatu yang positif," jelasnya.

IMI sendiri memiliki sekitar 300 klub anggota. Dua klub motor, XTC dan Moonraker, masing-masing bergabung di IMI sebulan dan dua tahun lalu.

"Yang kami urusi itu banyak. Mulai dari klub, hobi, prestasi, dan lain-lain. Bahkan, banyak anggota IMI yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional," tandas Ok

'Keong Racun' Goyang Ratusan Anggota Club Motor

Bandung - Ratusan orang dari sejumlah geng motor berbaur menjadi satu saat pengisi acara menghibur mereka dengan melantunkan 'Keong Racun'. Suasana keakraban tampak terlihat saat anggota geng motor yang berusia remaja itu berjoged bersama.

Pemandangan itu terjadi di acara deklarasi pembubaran geng motor di lapangan upacara Mapolda Jabar, Jumat (31/12/2010). Acara resmi belum dilaksanakan hingga pukul 16.30 WIB.

Kelompok yang hadir dalam acara tersebut yakni XTC, Brigez, Moonraker dan GBR. Awalnya mereka duduk di kursi yang disediakan panitia. Tak ada sekat yang memisahkan mereka.

Saat intro 'Keong Racun' dikumadangkan tiga penyanyi perempuan di atas panggung, massa langsung merangsek ke lapangan. Gerak tubuh serentak berirama sesuai alunan lagu.

Sejumlah pengurus geng motor sempat mengamankan bendera atribut organisasi masing-masing saat anggotanya membentangkan di tengah kerumunan. Tidak ada kericuhan di antara mereka.

Acara ini dihadiri juga sejumlah klub sepeda motor lainnya di Jawa Barat. Unsur Muspida Jabar juga direncanakan datang dalam kegiatan tersebut.

Cek Anggota atau Bukan, Sesepuh XTC Akan Datangi Polsek Astanaanyar

Bandung - Sesepuh dan pengurus XTC belum memastikan para remaja yang ditangkap Polsektabes Astanaanyar, karena terlibat pengeroyokan anggotanya atau bukan. Siang ini, para sesepuh, pengurus serta pengacara XTC akan mengecek ke Mapolsek Astananyar.

"Kami belum bisa memastikan itu anggota XTC. Walau ada kartu anggota seperti ditulis di media massa, kami tentu akan mengeceknya. Apakah kartu angota itu resmi dikeluarkan pengurus XTC pusat? Sebab tak sembarang untuk mendapat kartu anggota. Siang ini kami akan cek ke kantor polisi," jelas sesepuh sekaligus advokat XTC Sexy Road Indonesia, Ahmad Ridwan, saat dihubungi melalui telepon, Senin (20/9/2010).

Ridwan, begitu akrab disapa, mengaku ia dan pengurus XTC lainnya sempat terkejut mengenai adanya pemberitan soal XTC tersebut, kemarin.

"Kalau benar itu anggota dan terbukti melakukan pelanggaran, kami menyerahkan kepada pihak berwajib. Tapi dengan catatan ada bukti melakukan pelanggaran apa," jelas Ridwan.

Dia menuturkan, XTC Sexy Road Indonesia berpusat di Kota Bandung. Sejak 2010, kata Ridwan, organisasi tersebut resmi terdaftar di Ikatan Motor Indonesi (IMI) Jabar. "Kami resmi terdaftar di IMI Jabar dengan nomor urut 339. XTC saat ini singkatannya Xcalt To Creativity," paparnya.

Lebih lanjut Ridwan menegaskan, pihaknya pada Desember 2010 ini berencana menggelar Musyawarah Nasional (Munas) dan sekaligus mendata ulang anggota. "Ajang munas tersebut juga sekalian menertibkan keluarnya kartu anggota XTC," jelas Ridwan sambil menambahkan anggota XTC di Bandung-Jawa Barat dan Banten-Batavia jumlahnya 8 ribu orang.

Minggu dini hari (19/9/2010), sekitar 14 orang yang mengaku anggota XTC Astanaanyar mengeroyok dua pemuda yang diduga anggota geng motor lainnya di SPBU Pasir Koja. Namun aksi ini tepergok oleh salah satu anggota Polsek Astananyar. Akhirnya mereka dikejar dengan bantuan anggota polisi lainnya. 10 orang tertangkap, empat lainnya masih diburu.

Angggota XTC Terprovokasi Geng Motor Musuh

“Kami diserang geng motor menggunakan senjata tajam. Setelah ada korban, senjata tersebut ditinggalkan. Lalu saat polisi datang, kami berada di lokasi kejadian sehingga ditangkap. Barang bukti yang dipakai pun sebetulnya milik geng motor tadi,” kata Ridwan, Sabtu (20/11/2010).

Menurut Ridwan, pihaknya mempersilakan polisi menindak tegas jika ada anggota XTC yang terbukti melakukan aksi kejahatan. Begitu pula organisasi akan memberikan sanksi tegas berupa pemecataan.

“Anggota kami selalu dibekali kartu anggota yang hanya dikeluarkan oleh pengurus pusat. Jadi kalau ada yang tertangkap dan mengaku dari XTC, silakan cek keanggotaannya. Kalau terbukti, kami serahkan ke pihak
berwajib,” tegasnya.

Setiap kasus yang melibatkan XTC, lanjut Ridwan, berawal dari isu penyerangan yang akan dilakukan geng motor. Ridwan mengaku heran kenapa geng motor kerap menjadikan XTC sasaran penyerangan.

”Umumnya tersiar kabar jika geng motor akan melakukan penyerangan ke basis XTC. Kami lalu merapatkan barisan. Bukan untuk siap berperang, tetapi untuk berjaga-jaga karena dikhawatirkan akan memakan korban anggota kami,” kilahnya.

Saat ini, kata Ridwan, pengurus akan terus melakukan pembinaan dan pengawasan kepada setiap anggota. Terlebih XTC Sexy Road Indonesia akan menggelar Musyawarah Nasional pada akhir tahun ini di Jawa Barat.

“Dalam munas itu akan dibahas soal pendataan anggota agar lebih tertata.Nanti perekrutan anggota akan diperketat, misalnya hanya yang sudah berusia 17 tahun dan sudah punya SIM bisa aktif di XTC,” tuturnya. [dey/GIN]

Jumat, 15 April 2011

Sesepuh XTC : Kami Sering Jadi Korban Geng Motor Lain

Beberapa pekan terakhir, aksi geng motor di Bandung makin mengarah pada tindakan kriminal. Namun XTC menolak ikut ambil bagian. XTC mengaku seringkali menjadi korban ulah geng motor yang ada di Bandung. Tak hanya jadi korban, anggota XTC juga mengaku sering dijadikan kambing hitam sebagai pelaku.

Hal itu diungkapkan Senior Pembina atau Anggota Sesepuh XTC Ahmad Ridwan kepada wartawan di rumahnya, di Jalan Wastukancana, Sabtu (20/11/2010).

"Seminggu, 2 minggu ini banyak peristiwa itu pelakunya bukan kami. Anggota kami diserang oleh kelompok yang benar-benar geng. Hanya saja entah kenapa, saat
kejadian anggota kami yang jadi korban, geng motor itu meninggalkan berbagai alat bukti sampai akhirnya anggota kami yang ditahan," ujar Ahmad, yang juga bertindak sebagai kuasa hukum XTC.

Ahmad mencontohkan, kejadian di Pasir Jambu Ciwidey di mana ada anggota XTC yang diduga melakukan penyerangan lalu dihakimi warga itu sebenarnya merupakan ulah anggota geng motor lain.

Ia menjelaskan, kejadian tersebut bermula saat anggota XTC dianiaya oleh anggota geng motor lain. Kemudian 6 orang anggota XTC mendatangi rumah anggota geng motor itu, yang diyakini melakukan penganiayaan tersebut untuk meminta tanggung jawab.

"Mendatangi loh, bukan menyerang. Sekarang kita pakai logika, tidak mungkin segila-gilanya anggota XTC menyerang di tengah hari hanya 3 motor 6 orang ke
tempat yang ibaratnya kandang musuh," jelas Ahmad.

Namun orang yang didatangi itu malah memprovokasi bahwa anggota kita adalah geng motor yang mau menyerang, sehingga akhirnya jadi korban bulan-bulanan warga.

Begitu pula kejadian yang terjadi di Pasir Koja. Saat itu menurut Ahmad, anggota geng motor lain menyebar isu melalui SMS dan BBM bahwa XTC setempat akan
diserang atau 'dihabisi'.

"Otomatis anggota kami mempersiapkan diri. Bukan berarti mempersiapkan diri mau perang. Tapi menjaga. Wajar dong kalau saya dengar rumah saya mau diserang lalu saya memperiapkan diri," kata Ahmad.

Namun kenyataan, geng motor tersebut hanya memprovokasi dengan membawa berbagai alat bukti lalu ditinggalkan di wilayah anggota XTC. "Jadi saat polisi datang, anggota kami yang dipersalahkan," tuturnya.

Selasa malam (16/11/2010) pukul 21.00 WIB. Menurut Kapolres Bandung AKBP Hendro Pandowo, tujuh anggota XTC datang ke rumah salah seorang warga bernama Jajang di Desa Mekarasa Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung. Tanpa ba bi bu, mereka langsung membacok Jajang. Warga lainnya yang melihat kejadian itu, langsung mengejar mereka dan menghajarnya.

Sementara untuk kasus di Pasir Koja, terjadi pada Minggu, 19 September 2010 lalu sekitar pukul 02.30 WIB. 10 anggota XTC mengeroyok dua anggota geng motor lain, yang tengah nongkrong di SPBU Pasir Koja.

Isu Penyerangan Sering Jadi Penyebab Geng Motor Angkat Senjata

Meski dalam AD/ART Ikatan Motor Indonesia (IMI), anggotanya dilarang membawa dan memiliki senjata tajam. Namun diakui Senior Pembina XTC Ahmad Ridwan, jika anggota XTC kadang membawa senjata tajam. Hal itu diakuinya karena ada sebab akibat. Apakah itu?

"Ada sebab akibat. Kalau ada yang kedapatan membawa alat, itu pasti selalu akibat adanya provokasi dari kelompok lain. Isu ingin menyerang, membantai,
memusnahkan kelompok XTC," ujar Ahmad kepada wartawan di rumahnya, di Jalan Wastukencana, Sabtu (20/11/2010). XTC merupakan anggota IMI Jabar.

Diakui Ahmad, masih banyak anggota XTC yang mudah terprovokasi dengan isu-isu seperti itu. "Saya akui, anggota-anggota XTC yang masih berusia muda masih bisa terpancing emosinya," katanya.

Ahmad pun berdalih, kelompok-kelompok yang memusuhi XTC selalu menyerang dengan full sajam. "Jadi kalau ada anggota XTC yang terpaksa ikut memegang sajam,
kadang-kadang spontanitas. Sering terjadi kelompok yang menyerang yang membawa senjata tajam lalu direbut oleh anggota kami. Pada saat polisi datang, anggota kami yang dipersalahkan. Padahal sajam itu bukan kami yang bawa," tutur Ahmad.

Sesuai dengan AD/ART IMI, XTC melarang setiap anggota untuk membawa dan memiliki sajam, minum alkohol dan konsumsi narkoba. "Semua AD/ART IMI ini kami jalankan, karena kami adalah klub otomotif," katanya.

Sebagai pengawasan, jika ada yang terbukti melakukan pelanggaran hukum, maka pengurus akan memberikan sanksi organisasi maksimal hingga dikeluarkan dari

XTC Akan Jadi Anggota IMI Pusat


Bandung - Awal 2011 mendatang, XTC akan menggelar Musyararah Nasional (Munas) untuk pertama kalinya. Dalam Munas tersebut rencananya akan dibahas keanggotaan XTC di
Ikatan Motor Indonesia (IMI) yang akan naik jenjang jadi anggota IMI pusat.

"XTC saat ini sedang menuju Munas. Kita ingin melangkah lebih maju. Kalau sekarang ini XTC levelnya dibawah IMI Jabar, tahun depan Insya Allah naik di bawah IMI Pusat," kata Senior Pembina atau Anggota Sesepuh XTC Ahmad Ridwan kepada wartawan di ruang kerjanya, di Jalan Wastukencana, Sabtu (20/11/2010).

Ahmad yang juga Kuasa Hukum XTC itu akan menjadi penanggungjawab acara Munas nanti. Lokasi Munas masih belum ditentukan, meski kemungkinan besar Munas akan
di gelar di Jabar.

Untuk melangkah di level IMI Pusat, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, seperti memiliki lebih dari 4 Pengurus Daerah (Penda) dan aktif dalam kegiatan organisasi.

"Kita sudah memenuhi kuota untuk menjadi anggota IMI Pusat," katanya.

Saat ini Ahmad menyebut, XTC telah memiliki kepengurusan lebih dari 5 daerah, yaitu Jakarta, Lampung, Jateng, Jatim, Bali, Provinsi Riau, Banjarmasin,
Samarinda dan Sumatera Utara.

Anggota XTC pun kini mencapai lebih dari 10.000 anggota. Dalam Munas juga akan dibahas syarat keanggotaan untuk XTC, termasuk pemutihan anggota. "Untuk di
Bandung, saat pendataan tahun 2008 jumlahnya ada 8.000. Jumlah saat ini akan dikaji ulang saat Munas, termasuk pemutihan," katanya.

Syarat keanggotaan, di antaranya mengatur usia anggota yang harus berusia di atas 17 tahun.

'Yang Bubar Bukan Gengnya, Tapi Perilaku Negatifnya'

Bandung - Meski dalam pernyataan sikap geng motor menyatakan membubarkan diri. Ternyata sebagai organisasi mereka tidak resmi bubar. Mereka berdalih bubar yang dimaksud hanya pembubaran perilaku negatif.

"Memang yang dimaksud bubar ini adalah tindakan atau perilaku demikian (negatif-red). Yang begitu harus dibubarkan atau ditinggalkan, berubah ke arah positif," Ketua Perdamaian Geng Motor se-Bandung Coky Hamzah, saat ditemui di Lapangan Tegalega, Kamis (30/12/2010).

Dijelaskannya, rencana awal yang disusun antara empat geng motor adalah deklarasi perdamaian, bukan pembubaran.

"Atmosfernya dari awal ini perdamaian empat geng motor, deklarasi damai. Namun demikian di tengah jalan ada pembelokan sedikit (jadi pembubaran-red), silahkan diinterpretasikan," jelasnya.

Yang penting menurut dia, adanya itikad baik dan kesepakatan dari geng motor untuk berubah menjadi lebih baik. Namun ke depan, perdamaian tersebut harus didukung aparat terkait, seperti Pemkot dan Polrestabes Bandung.

"Yang penting pembinaan dari aparat terkait, itu harus serius dan berkesinambungan. Intinya kami sudah beritikad baik," terangnya.

Pasca deklarasi, sambung Coky, masing-masing geng motor akan melakukan sosialisasi ke geng motor masing-masing di daerah (luar Kota Bandung-red) atas perdamaian tersebut. Sebab, Kota Bandung merupakan pusat dari empat geng motor yang ada.

"Yang terdekat kita akan lakukan sosialisasi ke daerah. Karena Bandung ini kan barometernya, sehingga kalau ada gesekan di daerah biasanya suka merembet ke sini," jelasnya.

Dikatakan Coky, sejak beberapa waktu lalu keempat geng motor sudah menyatakan diri sebagai LSM, OKP, dan bergabung dengan IMI.

XTC: Kami Tidak Bubar, Tapi Vakum

XTC menyatakan tidak membubarkan diri usai deklarasi di Lapangan Tegalega. Mereka mengaku hanya vakum untuk sementara waktu. Mereka juga akan menyeleksi anggota-anggotanya yang diperkirakan 25 ribu orang.

Hal itu ditegaskan Engko, ketua XTC Sexy Road Indonesia, saat ditemui usai deklarasi.

"Kami tegaskan sekali lagi, kami tidak membubarkan diri, tapi pemvakuman atau penonaktifan sementara. Ini deklarasi damai," kata Engko, saat ditemui di Tegalega, Kamis (30/12/2010).

Ke depannya, sambung Engko, XTC akan memvakumkan diri sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Selain itu, XTC pun akan menyeleksi kembali anggotanya yang diperkirakan lebih dari 25 ribu orang.

"Kami akan lakukan seleksi lagi anggota-anggota kami. Itu untuk menghindari penyusup-penyusup dan oknum yang merusak," ujarnya.

Engko menjelaskan, selama masa vakum, anggota XTC dilarang memakai atribut organisasi. Jika ternyata ada yang masih melakukan tindakan kriminal dan membawa atribut XTC, pihaknya akan menyerahkannya ke polisi untuk ditindak.

"Atribut jangan dulu dipakai sampai kami diterima masyarakat. Kalau ada yang berulah, kami serahkan semuanya ke aparat," tegasnya.

Ia menambahkan, alasan mengikuti deklarasi damai adalah banyaknya laporan dan keresahan di masyarakat atas keberadaan geng motor. "Karena itu kami bicara dan mendeklarasikan damai di sini," jelasnya.

Dalam acara 'Deklarasi Pembubaran Geng Motor' di Tegalega pagi tadi, mereka membacakan pernyataan sikap membubarkan diri. Pernyataan tersebut juga terpampang pada spanduk berukuran sekitar 2x4 meter yang berisi pernyataan bersama XTC, Brigez, Moonaraker dan GBR Kota Bandung.

Ada 4 poin yang dibacakan, salah satunya mereka akan membubarkan diri sebagai geng motor dan mengubah imej dari komunitas dengan kegiatan negatif mejadi komunitas dengan kegiatan yang positif. Serta ikut memberantas kejahatan bermotor yang ada di kelompoknya.

Kodam III Siliwangi Siapkan Area Balapan Bagi Club Motor


Bandung - Kodam III Siliwangi siapkan lahan untuk area balap bagi para eks anggota geng motor yang ingin menyalurkan hobinya. Area balap itu rencananya akan dibangun di Gunung Bohong, Kota Cimahi.

Hal itu disampaikan Kasdam III Siliwangi Brigjen TNI Hadi Lukmono di sela-sela pembubaran geng motor di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Jumat (31/12/2010).

"Kami sudah menyiapkan lahan di Gunung Bohong di Cimahi untuk track motor. Ya agar mereka bisa menyalurkan hobinya," katanya.

Hadi mengaku sudah bekerjasama dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jabar.

Minggu, 03 April 2011

artikel singkat XTC

Ada beberapa tulisan yang membahas tentang seluk beluk dan tingkah polah para anggota geng motor Bandung, namun yang paling lengkap adalah tulisan Mulyani Hasan yang dalam dan detail tentang sejarah geng motor Bandung.

Disini sedikit kutipan artikel tersebut, dipilih yang cukup memberikan informasi tentang geng motor kota bandung. Untuk lebih jelasnya dapat anda lihat di situs blog Mulyani Hasan http://mulyanihasan.wordpress.com/2007/04/27/geng-motor-di-bandung/.

Ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker , Grab on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez). Keempat geng itu sama- sama eksis dan memiliki anggota di atas 1000 orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah pinggiran Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon dan Subang.

Kita mulai saja dengan Moonraker. Inilah konon ruh dari semua geng motor di Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini, dirajut oleh tujuh orang pemuda yang sama-sama hobi balap.

Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu penyelamat.

“Panglima Perang” mungkin terdengar unik dalam sebuah organisasi pencinta motor. Istilah ini biasanya digunakan oleh lembaga keamanan atau kelompok bersenjata. Di Moonraker sendiri, Panglima Perang bertugas mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain. Jika ada keputusan perang, informasi menyebar ke seluruh anggota paling lama dalam waktu 24 jam.

Bagi para pembangkang yang melanggar tata tertib organisasi, sudah disiapkan tempat yang mereka sebut dengan nama “Sel 13,” semacam mahkamah pengadilan. Tempat ini paling dihindari oleh semua anggota. Jangan mengharap sebuah proses hukum layaknya sebuah lembaga pengadilan. Di sini para pembangkang itu akan mendapat penyiksaan dari senior-seniornya.

Kategori pelanggaran itu antara lain memakai dan mengedarkan narkoba, bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan sesama anggota Moonraker. Pengikut Moonraker semakin lama, terus membengkak. Kini tercatat anggotanya mencapai 1.400 orang, tersebar di berbagai wilayah.

Menurut Dandy Alfandy, salah satu pentolan Moonraker, sejak awal kelompok ini berorientasi pada balapan. Konflik dengan geng XTC (musuh terbesar Moonraker) pertama kali dipicu saat berlangsung kompetisi Road Race piala Djarum Super tahun 90-an. Persoalannya sepele saja, hanya senggol-menyenggol di arena balapan, entah siapa yang memulai. Puncaknya, terjadi tawuran besar-besaran antara ke dua geng ini pada tahun 1999. Satu orang meninggal dunia pada peristiwa itu. Hingga kini dendam sejarah itu masih mengendap dari generasi ke generasi.

XTC punya anggota lebih banyak dari Moonraker. Siapa mereka? XTC atau Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda. Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela.

Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC. Brigez yang paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.

“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada saat akan melakukan perbutan wilayah. Perebutan wilayah termasuk upaya dalam rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise dikalangan gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan diam-diam ke basis-basis lawan.

Anggota XTC, banyak anak-anak dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar.

Lalu, mengapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi polisi tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.

Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak XTC. Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah satu karyawan bank berplat merah di Jawa Barat.

Dadan salah seorang anggota XTC mengatakan bahwa telah terjadi selisih paham di antara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami, ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Pepi mengaku sering diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi kalah,” kata Pepi. “Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala, ya lumayan lah..”Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung.

Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjukrasa itu bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka memilih damai.

Pertengahan 2003, XTC melakukan penyerangan sensasional. Mereka menyerang kantor kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung. Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial, akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak bisa berbuat banyak menghadapi ribuan massa yang memadati Jalan Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes Bandung.

“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”

TAHUN 1980-an juga ditandai kelahiran Brigez dan GBR.

Brigez lahir di SMUN 7 Bandung, sesuai dengan namanya Brigade Seven. Sejak masih embrio pada tahun 80-an geng ini merupakan rival terberat XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar kumpul-kumpul biasa. “Kami hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak pakai helm, tidak pakai lampu apalagi rambu-rambu,” kata Ilmanul, salah satu pendiri Brigez. Dulu geng ini hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor. Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas. Tidak ada pengurus, hanya ada ketua yang bertugas mengkoordinir saja.

Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya, menjadi lambang identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya. Nama Brigez acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja, karena mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang surya.

Berbeda dengan XTC, Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka menolak bersimbiosis dengan lembaga plat merah atau ormas bentukan kelompok politik tertentu. Menurut Ilmanul, lamaran dari Ormas Pemuda Pancasila untuk bergabung, ditolaknya mentah-mentah. Kalau pun ada anggotanya yang menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan tidak membawa bendera Brigez. Bersamaan dengan Brigez, muncul pula Grab on Road (GBR). Yang berbeda, geng ini dilahirkan di lingkungan SMPN 2 Bandung. Mereka tak rikuh kebut-kebutan, sekalipun banyak yang belum pegang surat ijin mengemudi.

Kelompok ini mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu berbau Jerman, paling tidak warna benderanya hitam-merah-kuning (urutan dari atas ke bawah). Meski lahir di SMPN 2 Bandung, anggota GBR beragam. Bukan hanya siswa atau alumni sekoah itu saja, tapi kalangan umum lain.

Supiana, Pebina Urusan Kesiswaan SMPN 2 Bandung, menolak sekolahnya diidentikan dengan geng. “Tidak ada fakta bahwa GBR berdiri di SMPN 2,” ujarnya. Namun ia membenarkan halaman sekolahnya dijadikan tempat bergerombol pada sekitar tahun 80-an.

MASUK ke dalam komunitas ini tidak cuma-cuma. Calon anggota Moonraker, misalkan, tak jarang diwajibkan mengendarai motor tanpa rem dari Lembang hingga Jalan Setibudhi Bandung. Jaraknya sekitar 15 kilometer.

Kalau tidak disuruh ngebut tanpa rem, anak baru dipaksa berkelahi dengan seniornya. Pendeknya, mereka tampil pada panggung kehidupan sosial dengan menawarkan model-model kekerasan. Diakui atau tidak, itulah pola yang terbentuk melalui berbagai gerakan yang mereka tampilkan. Tindakan kekerasan seperti kebutuhan spritual untuk membentuk identitas kelompoknya.

“Tindakan melanggar hukum memang ada, hanya agar orang lain tahu bahwa kami ada,” kata Ilmanul, anggota Brigez itu. Ia kini berusia 27 tahun dan kini berwiraswasta. “Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang, itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Ada juga yang mencuri, tapi uangnya digunakan rame-rame untuk pergi keluar kota atau konvoi,” tambahnya. Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan. Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka “mewajarkannya” sebagai salah satu upaya mencari jati diri.

Yopi, anggota GBR berusia 25 tahun, punya pengalaman yang membuat jantungnya bertabuh. Pada suatu malam di Jalan Cihampelas, dia bersama seorang temannya menghadang dan mengancam seorang pengendara motor. Setelah berhasil mematahkan keberanian orang itu, ia dan temannya justru bingung mau melakukan apa. Akhirnya keduanya sepakat untuk mengambil uang secukupnya dari dompet korban, lalu kabur sekencang-kencangnya. “Deg-degan, tapi puas karena gak tertangkap polisi,” kenang Yopi seraya tersenyum lebar.

Ada juga inisiasi yang lain. Untuk menjadi anggota senior, misalkan. Ia tidak cukup dengan berapa lama dia bergabung di geng itu, tapi butuh pembuktian bahwa orang itu berani melakukan hal yang paling beresiko sekalipun. Semakin tinggi resiko yang dia ambil, semakin tinggi pula penghormatan atas dirinya Senior adalah kedudukan penting bagi geng. Seorang senior mempunyai keleluasaan dalam hal apapun. Ia juga mempunyai hak menentukan keputusan terhadap para junior. Kedudukan senior bahkan lebih tinggi di atas ketua geng. Senior bisa memutuskan salah atau benar dan menghukum junior dengan caranya sendiri.

Wendy Pranandha, anggota GBR, mengatakan peran senior amat menentukan. Sekali saja ada anggota yunior tidak kelihatan kumpul wajib setiap malam minggu, si senior akan menghajar sesuka hatinya, tak peduli alasan apapun. Kekerasan seolah mewakili spirit mereka. Mungkin juga mereka menganggap itu pilihan
gaya hidup.

PERLU dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio.
Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.

XTC punya anggota lebih banyak daripada moonraker

XTC punya anggota lebih banyak dari Moonraker. Siapa mereka? XTC atau Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda.Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela.

Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC. Brigez yang paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.

“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada saat akan melakukan perbutan wilayah. Perebutan wilayah termasuk upaya dalam rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise dikalangan gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan diam-diam ke basis-basis lawan.

Anggota XTC, banyak anak-anak dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar. “Kami punya koneksi dengan pihak kepolisian, jadi kalau ada urusan dengan polisi cepat selesai,” ujar Felix meyakinkan saya.

Saya menemui Luki, generasi kedua geng lebah ini di sebuah café di Bandung. Ia seorang Sarjana Hukum dan kini bekerja di salah satu lembaga formal. Tak diduga Luki dikawal oleh lebih dari 6 orang teman satu gengnya dan saya berada di tengah-tengah mereka. Mereka bersikap sopan dan menunjukkan keinginannya berbagi cerita dengan saya. Saat itu saya seperti berada dalam acara talkshow, karena harus membagi kesempatan semua untuk bercerita. Bahkan saya sempat mendapat tawaran untuk menjadi ketua geng, wuaduh… “Kami ini kumpulan anak-anak nakal makanya masuk geng motor, kalo mau jadi anak baik-baik lebih baik masuk pesantren saja,” ujar Iskandar, laki-laki paruh baya. “Kerjaan kami ya hura-hura, bersenang-senang,” tambahnya.

Lalu, mengapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi polisi tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.

Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak XTC. Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah satu karyawan bank berplat merah di Jawa Barat. Ia tak banyak banyak bicara, bahkan pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkan kepadanya justru banyak dijawab oleh Luki.

Saya memutuskan menemui Pepi lagi. Kami bertemu di tempat yang sama keesokan harinya. Pepi membawa tiga orang kawannya. Dadan salah seorang di antaranya mengatakan bahwa telah terjadi selisih paham di atara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami, ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Pepi mengaku sering diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi kalah,” kata Pepi. “Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala, ya lumayan lah..”Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung.

Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjukrasa itu bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka memilih damai.

Pertengahan 2003, XTC melakukan penyerangan sensasional. Mereka menyerang kantor Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes)
Bandung. Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial, akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak bisa berbuat banyak menghadapi ribuan
massa yang memadati Jalan Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes
Bandung.

“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”

TAHUN 1980-an juga ditandai kelahiran Brigez dan GBR.

Brigez lahir di SMUN 7 Bandung, sesuai dengan namanya Brigade Seven. Sejak masih embrio pada tahun 80-an geng ini merupakan rival terberat XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar kumpul-kumpul biasa. “Kami hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak pakai helm, tidak pakai lampu apalagi rambu-rambu,” kata Ilmanul, salah satu pendiri Brigez. Dulu geng ini hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor. Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas. Tidak ada pengurus, hanya ada ketua yang bertugas mengkoordinir saja.

Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya, menjadi lambang identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya. Nama Brigez acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja, karena mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang surya.

Berbeda dengan XTC, Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka menolak bersimbiosis dengan lembaga plat merah atau ormas bentukan kelompok politik tertentu. Menurut Ilmanul, lamaran dari Ormas Pemuda Pancasila untuk bergabung, ditolaknya mentah-mentah. Kalau pun ada anggotanya yang menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan tidak membawa bendera Brigez. Bersamaan dengan Brigez, muncul pula Grab on Road (GBR). Yang berbeda, geng ini dilahirkan di lingkungan SMPN 2 Bandung. Mereka tak rikuh kebut-kebutan, sekalipun banyak yang belum pegang surat ijin mengemudi.

Kelompok ini mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu berbau Jerman, paling tidak warna benderanya hitam-merah-kuning (urutan dari atas ke bawah). Meski lahir di SMPN 2 Bandung, anggota GBR beragam. Bukan hanya siswa atau alumni sekoah itu saja, tapi kalangan umum lain.

Saya menemui Supiana, Pebina Urusan Kesiswaan SMPN 2 Bandung. Ia menolak sekolahnya diidentikan dengan geng. “Tidak ada fakta bahwa GBR berdiri di SMPN 2,” ujarnya. Namun ia membenarkan halaman sekolahnya dijadikan tempat bergerombol pada sekitar tahun 80-an.

WENDY Pranandha, anggota geng GBR, mengatakan keinginannya masuk geng karena pengaruh lingkungan. “Saya terpaksa masuk geng karena 80 persen siswa SMP 2 saat itu anggota geng GBR, selain ingin coba-coba.”

Dari Wendy dan beberapa anggota lain, saya punya kesan bibit anggota geng sepeda motor di Bandung dipupuk mulai usia belasan tahun, bahkan itu tadi, sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Banyak sekolah-sekolah menjadi basis mereka. Seperti SMUN 7 terkenal sebagai sarangnya Brigez, SMU BPI sarangnya XTC dan SMP 2 tempat lahirnya GBR. Labelisasi geng motor terhadap sekolah tertentu mempengaruhi pilihan para calon siswa ketika menentukan sekolah mana yang akan mereka pilih. Siswa yang sudah memiliki keterikatan dengan geng tertentu semasa duduk di SMP, akan memilih SMU yang merupakan basis geng asalnya.

Sedangkan siswa yang netral justru akan menghindari sekolah-sekolah yang identik dengan geng. Bisa juga karena kehawatiran orang tua sehingga dimasukkan ke sekolah yang lebih bersih dari geng. Meski demikian banyak siswa dan orang tuanya yang tidak terpengaruh dengan isu ini. Pihak sekolah SMUN 7 Bandung, tempat bersarangnya Brigez, dulu kewalahan menghadapi mereka. Setiap hari ada saja ulah mereka, mulai malak (meminta uang dengan paksa) teman-teman sekolahnya, hingga mengancam para guru. Uang diistilahkan oleh mereka dengan sebutan “sumsum.”

Wakil Kepala Sekolah SMUN 7 Bandung Sucipto, pernah diajak berkelahi oleh para anggota geng. Sucipto memang getol memerangi mereka.Ban motornya sering kedapatan bocor atau namanya menjadi mozaik di tembok-tembok sekolah dengan tulisan kasar dan mengejek. Pada 1999, SMUN 7 melakukan pembersihan terhadap gengster. Spanduk-spanduk anti geng, pembersihan tembok-tembok dari coretan “Brigez” dilakukan dalam tempo singkat. Lalu pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan siswa yang terlibat geng.

Meski demikian, setiap tahun ada saja bibit Brigez yang tumbuh. Dilarang di sekolah, mereka mengeruhkan jalanan. Di jantung kota, di pasar-pasar, di daerah pertokoan, jembatan, di gedung sekolah, gedung pemerintahan, taman kota, dimana-mana di kawasan Bandung pasti terdapat coret-coretan. Medianya bisa tembok, papan, batu, seng atau apapun yang bisa menjadi media tulis.

Sekilas, coretan-coretan itu tidak bermakna apa-apa. Kalau diperhatikan coretan-coretan itu bertuliskan nama-nama geng motor. Yang paling banyak ditemui adalah tulisan Brigez, XTC, M2R dan GBR . Bukan hanya di kota Bandung, di daerah-daerah pinggiran pun, banyak beredar tulisan-tulisan semacam itu. Sepertinya memang sepele. Tapi dari coretan itu bisa terjadi pertumpahan darah. Tulisan nama geng di tembok di wilayah tertentu, menandakan wilayah kekuasaan geng itu. Tulisan nama geng juga berarti kebanggaan bagi geng tersebut.

Masalah muncul jika dalam sebuah dinding terdapat nama salah satu geng, tapi kemudian ada yang mencoret dan diganti dengan nama geng lain. Ini adalah salah satu pemicu terjadinya tawuran antar geng. “Kalau ke luar kota, kami pasti menyempatkan mencoret dinding, itu menandakan bahwa kami pernah ke tempat itu dan itu adalah kebanggaan,” kata Ilmanul Bagi para geng coret-coret dinding itu memicu adrenalin. Mereka harus berhadapan dengan aparat keamanan pada saat beraksi. Lebih dari itu mereka harus berhadapan dengan geng lain yang menguasai wilayah setempat.

MASUK ke dalam komunitas ini tidak cuma-cuma. Calon anggota Moonraker, misalkan, tak jarang diwajibkan mengendarai motor tanpa rem dari Lembang hingga Jalan Setibudhi Bandung. Jaraknya sekitar 15 kilometer.

Kalau tidak disuruh ngebut tanpa rem, anak baru dipaksa berkelahi dengan seniornya. Pendeknya, mereka tampil pada panggung kehidupan sosial dengan menawarkan model-model kekerasan. Diakui atau tidak, itulah pola yang terbentuk melalui berbagai gerakan yang mereka tampilkan. Tindakan kekerasan seperti kebutuhan spritual untuk membentuk identitas kelompoknya.

“Tindakan melanggar hukum memang ada, hanya agar orang lain tahu bahwa kami ada,” kata Ilmanul, anggota Brigez itu. Ia kini berusia 27 tahun dan kini berwiraswasta. “Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang, itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Ada juga yang mencuri, tapi uangnya digunakan rame-rame untuk pergi keluar kota atau konvoi,” tambahnya. Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan. Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka “mewajarkannya” sebagai salah satu upaya mencari jati diri.

Yopi, anggota GBR berusia 25 tahun, punya pengalaman yang membuat jantungnya bertabuh. Pada suatu malam di Jalan Cihampelas, dia bersama seorang temannya menghadang dan mengancam seorang pengendara motor. Setelah berhasil mematahkan keberanian orang itu, ia dan temannya justru bingung mau melakukan apa. Akhirnya keduanya sepakat untuk mengambil uang secukupnya dari dompet korban, lalu kabur sekencang-kencangnya. “Deg-degan, tapi puas karena gak tertangkap polisi,” kenang Yopi seraya tersenyum lebar.

Ada juga inisiasi yang lain. Untuk menjadi anggota senior, misalkan. Ia tidak cukup dengan berapa lama dia bergabung di geng itu, tapi butuh pembuktian bahwa orang itu berani melakukan hal yang paling beresiko sekalipun. Semakin tinggi resiko yang dia ambil, semakin tinggi pula penghormatan atas dirinya Senior adalah kedudukan penting bagi geng. Seorang senior mempunyai keleluasaan dalam hal apapun. Ia juga mempunyai hak menentukan keputusan terhadap para junior. Kedudukan senior bahkan lebih tinggi di atas ketua geng. Senior bisa memutuskan salah atau benar dan menghukum junior dengan caranya sendiri.

Wendy Pranandha, anggota GBR, mengatakan peran senior amat menentukan. Sekali saja ada anggota yunior tidak kelihatan kumpul wajib setiap malam minggu, si senior akan menghajar sesuka hatinya, tak peduli alasan apapun. Kekerasan seolah mewakili spirit mereka. Mungkin juga mereka menganggap itu pilihan
gaya hidup. [end]