Cari

Jumat, 15 April 2011

Sesepuh XTC : Kami Sering Jadi Korban Geng Motor Lain

Beberapa pekan terakhir, aksi geng motor di Bandung makin mengarah pada tindakan kriminal. Namun XTC menolak ikut ambil bagian. XTC mengaku seringkali menjadi korban ulah geng motor yang ada di Bandung. Tak hanya jadi korban, anggota XTC juga mengaku sering dijadikan kambing hitam sebagai pelaku.

Hal itu diungkapkan Senior Pembina atau Anggota Sesepuh XTC Ahmad Ridwan kepada wartawan di rumahnya, di Jalan Wastukancana, Sabtu (20/11/2010).

"Seminggu, 2 minggu ini banyak peristiwa itu pelakunya bukan kami. Anggota kami diserang oleh kelompok yang benar-benar geng. Hanya saja entah kenapa, saat
kejadian anggota kami yang jadi korban, geng motor itu meninggalkan berbagai alat bukti sampai akhirnya anggota kami yang ditahan," ujar Ahmad, yang juga bertindak sebagai kuasa hukum XTC.

Ahmad mencontohkan, kejadian di Pasir Jambu Ciwidey di mana ada anggota XTC yang diduga melakukan penyerangan lalu dihakimi warga itu sebenarnya merupakan ulah anggota geng motor lain.

Ia menjelaskan, kejadian tersebut bermula saat anggota XTC dianiaya oleh anggota geng motor lain. Kemudian 6 orang anggota XTC mendatangi rumah anggota geng motor itu, yang diyakini melakukan penganiayaan tersebut untuk meminta tanggung jawab.

"Mendatangi loh, bukan menyerang. Sekarang kita pakai logika, tidak mungkin segila-gilanya anggota XTC menyerang di tengah hari hanya 3 motor 6 orang ke
tempat yang ibaratnya kandang musuh," jelas Ahmad.

Namun orang yang didatangi itu malah memprovokasi bahwa anggota kita adalah geng motor yang mau menyerang, sehingga akhirnya jadi korban bulan-bulanan warga.

Begitu pula kejadian yang terjadi di Pasir Koja. Saat itu menurut Ahmad, anggota geng motor lain menyebar isu melalui SMS dan BBM bahwa XTC setempat akan
diserang atau 'dihabisi'.

"Otomatis anggota kami mempersiapkan diri. Bukan berarti mempersiapkan diri mau perang. Tapi menjaga. Wajar dong kalau saya dengar rumah saya mau diserang lalu saya memperiapkan diri," kata Ahmad.

Namun kenyataan, geng motor tersebut hanya memprovokasi dengan membawa berbagai alat bukti lalu ditinggalkan di wilayah anggota XTC. "Jadi saat polisi datang, anggota kami yang dipersalahkan," tuturnya.

Selasa malam (16/11/2010) pukul 21.00 WIB. Menurut Kapolres Bandung AKBP Hendro Pandowo, tujuh anggota XTC datang ke rumah salah seorang warga bernama Jajang di Desa Mekarasa Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung. Tanpa ba bi bu, mereka langsung membacok Jajang. Warga lainnya yang melihat kejadian itu, langsung mengejar mereka dan menghajarnya.

Sementara untuk kasus di Pasir Koja, terjadi pada Minggu, 19 September 2010 lalu sekitar pukul 02.30 WIB. 10 anggota XTC mengeroyok dua anggota geng motor lain, yang tengah nongkrong di SPBU Pasir Koja.

Isu Penyerangan Sering Jadi Penyebab Geng Motor Angkat Senjata

Meski dalam AD/ART Ikatan Motor Indonesia (IMI), anggotanya dilarang membawa dan memiliki senjata tajam. Namun diakui Senior Pembina XTC Ahmad Ridwan, jika anggota XTC kadang membawa senjata tajam. Hal itu diakuinya karena ada sebab akibat. Apakah itu?

"Ada sebab akibat. Kalau ada yang kedapatan membawa alat, itu pasti selalu akibat adanya provokasi dari kelompok lain. Isu ingin menyerang, membantai,
memusnahkan kelompok XTC," ujar Ahmad kepada wartawan di rumahnya, di Jalan Wastukencana, Sabtu (20/11/2010). XTC merupakan anggota IMI Jabar.

Diakui Ahmad, masih banyak anggota XTC yang mudah terprovokasi dengan isu-isu seperti itu. "Saya akui, anggota-anggota XTC yang masih berusia muda masih bisa terpancing emosinya," katanya.

Ahmad pun berdalih, kelompok-kelompok yang memusuhi XTC selalu menyerang dengan full sajam. "Jadi kalau ada anggota XTC yang terpaksa ikut memegang sajam,
kadang-kadang spontanitas. Sering terjadi kelompok yang menyerang yang membawa senjata tajam lalu direbut oleh anggota kami. Pada saat polisi datang, anggota kami yang dipersalahkan. Padahal sajam itu bukan kami yang bawa," tutur Ahmad.

Sesuai dengan AD/ART IMI, XTC melarang setiap anggota untuk membawa dan memiliki sajam, minum alkohol dan konsumsi narkoba. "Semua AD/ART IMI ini kami jalankan, karena kami adalah klub otomotif," katanya.

Sebagai pengawasan, jika ada yang terbukti melakukan pelanggaran hukum, maka pengurus akan memberikan sanksi organisasi maksimal hingga dikeluarkan dari

XTC Akan Jadi Anggota IMI Pusat


Bandung - Awal 2011 mendatang, XTC akan menggelar Musyararah Nasional (Munas) untuk pertama kalinya. Dalam Munas tersebut rencananya akan dibahas keanggotaan XTC di
Ikatan Motor Indonesia (IMI) yang akan naik jenjang jadi anggota IMI pusat.

"XTC saat ini sedang menuju Munas. Kita ingin melangkah lebih maju. Kalau sekarang ini XTC levelnya dibawah IMI Jabar, tahun depan Insya Allah naik di bawah IMI Pusat," kata Senior Pembina atau Anggota Sesepuh XTC Ahmad Ridwan kepada wartawan di ruang kerjanya, di Jalan Wastukencana, Sabtu (20/11/2010).

Ahmad yang juga Kuasa Hukum XTC itu akan menjadi penanggungjawab acara Munas nanti. Lokasi Munas masih belum ditentukan, meski kemungkinan besar Munas akan
di gelar di Jabar.

Untuk melangkah di level IMI Pusat, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, seperti memiliki lebih dari 4 Pengurus Daerah (Penda) dan aktif dalam kegiatan organisasi.

"Kita sudah memenuhi kuota untuk menjadi anggota IMI Pusat," katanya.

Saat ini Ahmad menyebut, XTC telah memiliki kepengurusan lebih dari 5 daerah, yaitu Jakarta, Lampung, Jateng, Jatim, Bali, Provinsi Riau, Banjarmasin,
Samarinda dan Sumatera Utara.

Anggota XTC pun kini mencapai lebih dari 10.000 anggota. Dalam Munas juga akan dibahas syarat keanggotaan untuk XTC, termasuk pemutihan anggota. "Untuk di
Bandung, saat pendataan tahun 2008 jumlahnya ada 8.000. Jumlah saat ini akan dikaji ulang saat Munas, termasuk pemutihan," katanya.

Syarat keanggotaan, di antaranya mengatur usia anggota yang harus berusia di atas 17 tahun.

'Yang Bubar Bukan Gengnya, Tapi Perilaku Negatifnya'

Bandung - Meski dalam pernyataan sikap geng motor menyatakan membubarkan diri. Ternyata sebagai organisasi mereka tidak resmi bubar. Mereka berdalih bubar yang dimaksud hanya pembubaran perilaku negatif.

"Memang yang dimaksud bubar ini adalah tindakan atau perilaku demikian (negatif-red). Yang begitu harus dibubarkan atau ditinggalkan, berubah ke arah positif," Ketua Perdamaian Geng Motor se-Bandung Coky Hamzah, saat ditemui di Lapangan Tegalega, Kamis (30/12/2010).

Dijelaskannya, rencana awal yang disusun antara empat geng motor adalah deklarasi perdamaian, bukan pembubaran.

"Atmosfernya dari awal ini perdamaian empat geng motor, deklarasi damai. Namun demikian di tengah jalan ada pembelokan sedikit (jadi pembubaran-red), silahkan diinterpretasikan," jelasnya.

Yang penting menurut dia, adanya itikad baik dan kesepakatan dari geng motor untuk berubah menjadi lebih baik. Namun ke depan, perdamaian tersebut harus didukung aparat terkait, seperti Pemkot dan Polrestabes Bandung.

"Yang penting pembinaan dari aparat terkait, itu harus serius dan berkesinambungan. Intinya kami sudah beritikad baik," terangnya.

Pasca deklarasi, sambung Coky, masing-masing geng motor akan melakukan sosialisasi ke geng motor masing-masing di daerah (luar Kota Bandung-red) atas perdamaian tersebut. Sebab, Kota Bandung merupakan pusat dari empat geng motor yang ada.

"Yang terdekat kita akan lakukan sosialisasi ke daerah. Karena Bandung ini kan barometernya, sehingga kalau ada gesekan di daerah biasanya suka merembet ke sini," jelasnya.

Dikatakan Coky, sejak beberapa waktu lalu keempat geng motor sudah menyatakan diri sebagai LSM, OKP, dan bergabung dengan IMI.

XTC: Kami Tidak Bubar, Tapi Vakum

XTC menyatakan tidak membubarkan diri usai deklarasi di Lapangan Tegalega. Mereka mengaku hanya vakum untuk sementara waktu. Mereka juga akan menyeleksi anggota-anggotanya yang diperkirakan 25 ribu orang.

Hal itu ditegaskan Engko, ketua XTC Sexy Road Indonesia, saat ditemui usai deklarasi.

"Kami tegaskan sekali lagi, kami tidak membubarkan diri, tapi pemvakuman atau penonaktifan sementara. Ini deklarasi damai," kata Engko, saat ditemui di Tegalega, Kamis (30/12/2010).

Ke depannya, sambung Engko, XTC akan memvakumkan diri sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Selain itu, XTC pun akan menyeleksi kembali anggotanya yang diperkirakan lebih dari 25 ribu orang.

"Kami akan lakukan seleksi lagi anggota-anggota kami. Itu untuk menghindari penyusup-penyusup dan oknum yang merusak," ujarnya.

Engko menjelaskan, selama masa vakum, anggota XTC dilarang memakai atribut organisasi. Jika ternyata ada yang masih melakukan tindakan kriminal dan membawa atribut XTC, pihaknya akan menyerahkannya ke polisi untuk ditindak.

"Atribut jangan dulu dipakai sampai kami diterima masyarakat. Kalau ada yang berulah, kami serahkan semuanya ke aparat," tegasnya.

Ia menambahkan, alasan mengikuti deklarasi damai adalah banyaknya laporan dan keresahan di masyarakat atas keberadaan geng motor. "Karena itu kami bicara dan mendeklarasikan damai di sini," jelasnya.

Dalam acara 'Deklarasi Pembubaran Geng Motor' di Tegalega pagi tadi, mereka membacakan pernyataan sikap membubarkan diri. Pernyataan tersebut juga terpampang pada spanduk berukuran sekitar 2x4 meter yang berisi pernyataan bersama XTC, Brigez, Moonaraker dan GBR Kota Bandung.

Ada 4 poin yang dibacakan, salah satunya mereka akan membubarkan diri sebagai geng motor dan mengubah imej dari komunitas dengan kegiatan negatif mejadi komunitas dengan kegiatan yang positif. Serta ikut memberantas kejahatan bermotor yang ada di kelompoknya.

Kodam III Siliwangi Siapkan Area Balapan Bagi Club Motor


Bandung - Kodam III Siliwangi siapkan lahan untuk area balap bagi para eks anggota geng motor yang ingin menyalurkan hobinya. Area balap itu rencananya akan dibangun di Gunung Bohong, Kota Cimahi.

Hal itu disampaikan Kasdam III Siliwangi Brigjen TNI Hadi Lukmono di sela-sela pembubaran geng motor di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Jumat (31/12/2010).

"Kami sudah menyiapkan lahan di Gunung Bohong di Cimahi untuk track motor. Ya agar mereka bisa menyalurkan hobinya," katanya.

Hadi mengaku sudah bekerjasama dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jabar.

Minggu, 03 April 2011

artikel singkat XTC

Ada beberapa tulisan yang membahas tentang seluk beluk dan tingkah polah para anggota geng motor Bandung, namun yang paling lengkap adalah tulisan Mulyani Hasan yang dalam dan detail tentang sejarah geng motor Bandung.

Disini sedikit kutipan artikel tersebut, dipilih yang cukup memberikan informasi tentang geng motor kota bandung. Untuk lebih jelasnya dapat anda lihat di situs blog Mulyani Hasan http://mulyanihasan.wordpress.com/2007/04/27/geng-motor-di-bandung/.

Ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker , Grab on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez). Keempat geng itu sama- sama eksis dan memiliki anggota di atas 1000 orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah pinggiran Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon dan Subang.

Kita mulai saja dengan Moonraker. Inilah konon ruh dari semua geng motor di Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini, dirajut oleh tujuh orang pemuda yang sama-sama hobi balap.

Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu penyelamat.

“Panglima Perang” mungkin terdengar unik dalam sebuah organisasi pencinta motor. Istilah ini biasanya digunakan oleh lembaga keamanan atau kelompok bersenjata. Di Moonraker sendiri, Panglima Perang bertugas mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain. Jika ada keputusan perang, informasi menyebar ke seluruh anggota paling lama dalam waktu 24 jam.

Bagi para pembangkang yang melanggar tata tertib organisasi, sudah disiapkan tempat yang mereka sebut dengan nama “Sel 13,” semacam mahkamah pengadilan. Tempat ini paling dihindari oleh semua anggota. Jangan mengharap sebuah proses hukum layaknya sebuah lembaga pengadilan. Di sini para pembangkang itu akan mendapat penyiksaan dari senior-seniornya.

Kategori pelanggaran itu antara lain memakai dan mengedarkan narkoba, bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan sesama anggota Moonraker. Pengikut Moonraker semakin lama, terus membengkak. Kini tercatat anggotanya mencapai 1.400 orang, tersebar di berbagai wilayah.

Menurut Dandy Alfandy, salah satu pentolan Moonraker, sejak awal kelompok ini berorientasi pada balapan. Konflik dengan geng XTC (musuh terbesar Moonraker) pertama kali dipicu saat berlangsung kompetisi Road Race piala Djarum Super tahun 90-an. Persoalannya sepele saja, hanya senggol-menyenggol di arena balapan, entah siapa yang memulai. Puncaknya, terjadi tawuran besar-besaran antara ke dua geng ini pada tahun 1999. Satu orang meninggal dunia pada peristiwa itu. Hingga kini dendam sejarah itu masih mengendap dari generasi ke generasi.

XTC punya anggota lebih banyak dari Moonraker. Siapa mereka? XTC atau Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda. Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela.

Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC. Brigez yang paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.

“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada saat akan melakukan perbutan wilayah. Perebutan wilayah termasuk upaya dalam rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise dikalangan gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan diam-diam ke basis-basis lawan.

Anggota XTC, banyak anak-anak dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar.

Lalu, mengapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi polisi tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.

Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak XTC. Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah satu karyawan bank berplat merah di Jawa Barat.

Dadan salah seorang anggota XTC mengatakan bahwa telah terjadi selisih paham di antara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami, ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Pepi mengaku sering diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi kalah,” kata Pepi. “Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala, ya lumayan lah..”Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung.

Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjukrasa itu bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka memilih damai.

Pertengahan 2003, XTC melakukan penyerangan sensasional. Mereka menyerang kantor kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung. Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial, akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak bisa berbuat banyak menghadapi ribuan massa yang memadati Jalan Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes Bandung.

“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”

TAHUN 1980-an juga ditandai kelahiran Brigez dan GBR.

Brigez lahir di SMUN 7 Bandung, sesuai dengan namanya Brigade Seven. Sejak masih embrio pada tahun 80-an geng ini merupakan rival terberat XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar kumpul-kumpul biasa. “Kami hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak pakai helm, tidak pakai lampu apalagi rambu-rambu,” kata Ilmanul, salah satu pendiri Brigez. Dulu geng ini hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor. Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas. Tidak ada pengurus, hanya ada ketua yang bertugas mengkoordinir saja.

Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya, menjadi lambang identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya. Nama Brigez acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja, karena mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang surya.

Berbeda dengan XTC, Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka menolak bersimbiosis dengan lembaga plat merah atau ormas bentukan kelompok politik tertentu. Menurut Ilmanul, lamaran dari Ormas Pemuda Pancasila untuk bergabung, ditolaknya mentah-mentah. Kalau pun ada anggotanya yang menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan tidak membawa bendera Brigez. Bersamaan dengan Brigez, muncul pula Grab on Road (GBR). Yang berbeda, geng ini dilahirkan di lingkungan SMPN 2 Bandung. Mereka tak rikuh kebut-kebutan, sekalipun banyak yang belum pegang surat ijin mengemudi.

Kelompok ini mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu berbau Jerman, paling tidak warna benderanya hitam-merah-kuning (urutan dari atas ke bawah). Meski lahir di SMPN 2 Bandung, anggota GBR beragam. Bukan hanya siswa atau alumni sekoah itu saja, tapi kalangan umum lain.

Supiana, Pebina Urusan Kesiswaan SMPN 2 Bandung, menolak sekolahnya diidentikan dengan geng. “Tidak ada fakta bahwa GBR berdiri di SMPN 2,” ujarnya. Namun ia membenarkan halaman sekolahnya dijadikan tempat bergerombol pada sekitar tahun 80-an.

MASUK ke dalam komunitas ini tidak cuma-cuma. Calon anggota Moonraker, misalkan, tak jarang diwajibkan mengendarai motor tanpa rem dari Lembang hingga Jalan Setibudhi Bandung. Jaraknya sekitar 15 kilometer.

Kalau tidak disuruh ngebut tanpa rem, anak baru dipaksa berkelahi dengan seniornya. Pendeknya, mereka tampil pada panggung kehidupan sosial dengan menawarkan model-model kekerasan. Diakui atau tidak, itulah pola yang terbentuk melalui berbagai gerakan yang mereka tampilkan. Tindakan kekerasan seperti kebutuhan spritual untuk membentuk identitas kelompoknya.

“Tindakan melanggar hukum memang ada, hanya agar orang lain tahu bahwa kami ada,” kata Ilmanul, anggota Brigez itu. Ia kini berusia 27 tahun dan kini berwiraswasta. “Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang, itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Ada juga yang mencuri, tapi uangnya digunakan rame-rame untuk pergi keluar kota atau konvoi,” tambahnya. Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan. Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka “mewajarkannya” sebagai salah satu upaya mencari jati diri.

Yopi, anggota GBR berusia 25 tahun, punya pengalaman yang membuat jantungnya bertabuh. Pada suatu malam di Jalan Cihampelas, dia bersama seorang temannya menghadang dan mengancam seorang pengendara motor. Setelah berhasil mematahkan keberanian orang itu, ia dan temannya justru bingung mau melakukan apa. Akhirnya keduanya sepakat untuk mengambil uang secukupnya dari dompet korban, lalu kabur sekencang-kencangnya. “Deg-degan, tapi puas karena gak tertangkap polisi,” kenang Yopi seraya tersenyum lebar.

Ada juga inisiasi yang lain. Untuk menjadi anggota senior, misalkan. Ia tidak cukup dengan berapa lama dia bergabung di geng itu, tapi butuh pembuktian bahwa orang itu berani melakukan hal yang paling beresiko sekalipun. Semakin tinggi resiko yang dia ambil, semakin tinggi pula penghormatan atas dirinya Senior adalah kedudukan penting bagi geng. Seorang senior mempunyai keleluasaan dalam hal apapun. Ia juga mempunyai hak menentukan keputusan terhadap para junior. Kedudukan senior bahkan lebih tinggi di atas ketua geng. Senior bisa memutuskan salah atau benar dan menghukum junior dengan caranya sendiri.

Wendy Pranandha, anggota GBR, mengatakan peran senior amat menentukan. Sekali saja ada anggota yunior tidak kelihatan kumpul wajib setiap malam minggu, si senior akan menghajar sesuka hatinya, tak peduli alasan apapun. Kekerasan seolah mewakili spirit mereka. Mungkin juga mereka menganggap itu pilihan
gaya hidup.

PERLU dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio.
Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.

XTC punya anggota lebih banyak daripada moonraker

XTC punya anggota lebih banyak dari Moonraker. Siapa mereka? XTC atau Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda.Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela.

Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC. Brigez yang paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.

“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada saat akan melakukan perbutan wilayah. Perebutan wilayah termasuk upaya dalam rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise dikalangan gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan diam-diam ke basis-basis lawan.

Anggota XTC, banyak anak-anak dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar. “Kami punya koneksi dengan pihak kepolisian, jadi kalau ada urusan dengan polisi cepat selesai,” ujar Felix meyakinkan saya.

Saya menemui Luki, generasi kedua geng lebah ini di sebuah cafĂ© di Bandung. Ia seorang Sarjana Hukum dan kini bekerja di salah satu lembaga formal. Tak diduga Luki dikawal oleh lebih dari 6 orang teman satu gengnya dan saya berada di tengah-tengah mereka. Mereka bersikap sopan dan menunjukkan keinginannya berbagi cerita dengan saya. Saat itu saya seperti berada dalam acara talkshow, karena harus membagi kesempatan semua untuk bercerita. Bahkan saya sempat mendapat tawaran untuk menjadi ketua geng, wuaduh… “Kami ini kumpulan anak-anak nakal makanya masuk geng motor, kalo mau jadi anak baik-baik lebih baik masuk pesantren saja,” ujar Iskandar, laki-laki paruh baya. “Kerjaan kami ya hura-hura, bersenang-senang,” tambahnya.

Lalu, mengapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi polisi tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.

Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak XTC. Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah satu karyawan bank berplat merah di Jawa Barat. Ia tak banyak banyak bicara, bahkan pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkan kepadanya justru banyak dijawab oleh Luki.

Saya memutuskan menemui Pepi lagi. Kami bertemu di tempat yang sama keesokan harinya. Pepi membawa tiga orang kawannya. Dadan salah seorang di antaranya mengatakan bahwa telah terjadi selisih paham di atara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami, ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Pepi mengaku sering diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi kalah,” kata Pepi. “Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala, ya lumayan lah..”Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung.

Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjukrasa itu bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka memilih damai.

Pertengahan 2003, XTC melakukan penyerangan sensasional. Mereka menyerang kantor Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes)
Bandung. Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial, akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak bisa berbuat banyak menghadapi ribuan
massa yang memadati Jalan Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes
Bandung.

“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”

TAHUN 1980-an juga ditandai kelahiran Brigez dan GBR.

Brigez lahir di SMUN 7 Bandung, sesuai dengan namanya Brigade Seven. Sejak masih embrio pada tahun 80-an geng ini merupakan rival terberat XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar kumpul-kumpul biasa. “Kami hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak pakai helm, tidak pakai lampu apalagi rambu-rambu,” kata Ilmanul, salah satu pendiri Brigez. Dulu geng ini hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor. Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas. Tidak ada pengurus, hanya ada ketua yang bertugas mengkoordinir saja.

Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya, menjadi lambang identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya. Nama Brigez acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja, karena mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang surya.

Berbeda dengan XTC, Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka menolak bersimbiosis dengan lembaga plat merah atau ormas bentukan kelompok politik tertentu. Menurut Ilmanul, lamaran dari Ormas Pemuda Pancasila untuk bergabung, ditolaknya mentah-mentah. Kalau pun ada anggotanya yang menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan tidak membawa bendera Brigez. Bersamaan dengan Brigez, muncul pula Grab on Road (GBR). Yang berbeda, geng ini dilahirkan di lingkungan SMPN 2 Bandung. Mereka tak rikuh kebut-kebutan, sekalipun banyak yang belum pegang surat ijin mengemudi.

Kelompok ini mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu berbau Jerman, paling tidak warna benderanya hitam-merah-kuning (urutan dari atas ke bawah). Meski lahir di SMPN 2 Bandung, anggota GBR beragam. Bukan hanya siswa atau alumni sekoah itu saja, tapi kalangan umum lain.

Saya menemui Supiana, Pebina Urusan Kesiswaan SMPN 2 Bandung. Ia menolak sekolahnya diidentikan dengan geng. “Tidak ada fakta bahwa GBR berdiri di SMPN 2,” ujarnya. Namun ia membenarkan halaman sekolahnya dijadikan tempat bergerombol pada sekitar tahun 80-an.

WENDY Pranandha, anggota geng GBR, mengatakan keinginannya masuk geng karena pengaruh lingkungan. “Saya terpaksa masuk geng karena 80 persen siswa SMP 2 saat itu anggota geng GBR, selain ingin coba-coba.”

Dari Wendy dan beberapa anggota lain, saya punya kesan bibit anggota geng sepeda motor di Bandung dipupuk mulai usia belasan tahun, bahkan itu tadi, sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Banyak sekolah-sekolah menjadi basis mereka. Seperti SMUN 7 terkenal sebagai sarangnya Brigez, SMU BPI sarangnya XTC dan SMP 2 tempat lahirnya GBR. Labelisasi geng motor terhadap sekolah tertentu mempengaruhi pilihan para calon siswa ketika menentukan sekolah mana yang akan mereka pilih. Siswa yang sudah memiliki keterikatan dengan geng tertentu semasa duduk di SMP, akan memilih SMU yang merupakan basis geng asalnya.

Sedangkan siswa yang netral justru akan menghindari sekolah-sekolah yang identik dengan geng. Bisa juga karena kehawatiran orang tua sehingga dimasukkan ke sekolah yang lebih bersih dari geng. Meski demikian banyak siswa dan orang tuanya yang tidak terpengaruh dengan isu ini. Pihak sekolah SMUN 7 Bandung, tempat bersarangnya Brigez, dulu kewalahan menghadapi mereka. Setiap hari ada saja ulah mereka, mulai malak (meminta uang dengan paksa) teman-teman sekolahnya, hingga mengancam para guru. Uang diistilahkan oleh mereka dengan sebutan “sumsum.”

Wakil Kepala Sekolah SMUN 7 Bandung Sucipto, pernah diajak berkelahi oleh para anggota geng. Sucipto memang getol memerangi mereka.Ban motornya sering kedapatan bocor atau namanya menjadi mozaik di tembok-tembok sekolah dengan tulisan kasar dan mengejek. Pada 1999, SMUN 7 melakukan pembersihan terhadap gengster. Spanduk-spanduk anti geng, pembersihan tembok-tembok dari coretan “Brigez” dilakukan dalam tempo singkat. Lalu pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan siswa yang terlibat geng.

Meski demikian, setiap tahun ada saja bibit Brigez yang tumbuh. Dilarang di sekolah, mereka mengeruhkan jalanan. Di jantung kota, di pasar-pasar, di daerah pertokoan, jembatan, di gedung sekolah, gedung pemerintahan, taman kota, dimana-mana di kawasan Bandung pasti terdapat coret-coretan. Medianya bisa tembok, papan, batu, seng atau apapun yang bisa menjadi media tulis.

Sekilas, coretan-coretan itu tidak bermakna apa-apa. Kalau diperhatikan coretan-coretan itu bertuliskan nama-nama geng motor. Yang paling banyak ditemui adalah tulisan Brigez, XTC, M2R dan GBR . Bukan hanya di kota Bandung, di daerah-daerah pinggiran pun, banyak beredar tulisan-tulisan semacam itu. Sepertinya memang sepele. Tapi dari coretan itu bisa terjadi pertumpahan darah. Tulisan nama geng di tembok di wilayah tertentu, menandakan wilayah kekuasaan geng itu. Tulisan nama geng juga berarti kebanggaan bagi geng tersebut.

Masalah muncul jika dalam sebuah dinding terdapat nama salah satu geng, tapi kemudian ada yang mencoret dan diganti dengan nama geng lain. Ini adalah salah satu pemicu terjadinya tawuran antar geng. “Kalau ke luar kota, kami pasti menyempatkan mencoret dinding, itu menandakan bahwa kami pernah ke tempat itu dan itu adalah kebanggaan,” kata Ilmanul Bagi para geng coret-coret dinding itu memicu adrenalin. Mereka harus berhadapan dengan aparat keamanan pada saat beraksi. Lebih dari itu mereka harus berhadapan dengan geng lain yang menguasai wilayah setempat.

MASUK ke dalam komunitas ini tidak cuma-cuma. Calon anggota Moonraker, misalkan, tak jarang diwajibkan mengendarai motor tanpa rem dari Lembang hingga Jalan Setibudhi Bandung. Jaraknya sekitar 15 kilometer.

Kalau tidak disuruh ngebut tanpa rem, anak baru dipaksa berkelahi dengan seniornya. Pendeknya, mereka tampil pada panggung kehidupan sosial dengan menawarkan model-model kekerasan. Diakui atau tidak, itulah pola yang terbentuk melalui berbagai gerakan yang mereka tampilkan. Tindakan kekerasan seperti kebutuhan spritual untuk membentuk identitas kelompoknya.

“Tindakan melanggar hukum memang ada, hanya agar orang lain tahu bahwa kami ada,” kata Ilmanul, anggota Brigez itu. Ia kini berusia 27 tahun dan kini berwiraswasta. “Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang, itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Ada juga yang mencuri, tapi uangnya digunakan rame-rame untuk pergi keluar kota atau konvoi,” tambahnya. Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan. Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka “mewajarkannya” sebagai salah satu upaya mencari jati diri.

Yopi, anggota GBR berusia 25 tahun, punya pengalaman yang membuat jantungnya bertabuh. Pada suatu malam di Jalan Cihampelas, dia bersama seorang temannya menghadang dan mengancam seorang pengendara motor. Setelah berhasil mematahkan keberanian orang itu, ia dan temannya justru bingung mau melakukan apa. Akhirnya keduanya sepakat untuk mengambil uang secukupnya dari dompet korban, lalu kabur sekencang-kencangnya. “Deg-degan, tapi puas karena gak tertangkap polisi,” kenang Yopi seraya tersenyum lebar.

Ada juga inisiasi yang lain. Untuk menjadi anggota senior, misalkan. Ia tidak cukup dengan berapa lama dia bergabung di geng itu, tapi butuh pembuktian bahwa orang itu berani melakukan hal yang paling beresiko sekalipun. Semakin tinggi resiko yang dia ambil, semakin tinggi pula penghormatan atas dirinya Senior adalah kedudukan penting bagi geng. Seorang senior mempunyai keleluasaan dalam hal apapun. Ia juga mempunyai hak menentukan keputusan terhadap para junior. Kedudukan senior bahkan lebih tinggi di atas ketua geng. Senior bisa memutuskan salah atau benar dan menghukum junior dengan caranya sendiri.

Wendy Pranandha, anggota GBR, mengatakan peran senior amat menentukan. Sekali saja ada anggota yunior tidak kelihatan kumpul wajib setiap malam minggu, si senior akan menghajar sesuka hatinya, tak peduli alasan apapun. Kekerasan seolah mewakili spirit mereka. Mungkin juga mereka menganggap itu pilihan
gaya hidup. [end]

Jumat, 01 April 2011

SEJARAH SINGKAT XTC

XTC atau Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda. Belakangan nama itu diganti menjadiExalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela. Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC.

Brigez yang paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.
“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada saat akan melakukan perbutan wilayah.

Perebutan wilayah termasuk upaya dalam rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise dikalangan gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan diam-diam ke basis-basis lawan.
Anggota XTC, banyak anak-anak dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar. Lalu, mengapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat yang menciptakan.
Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi polisi tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.
 Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak XTC.
Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah satu karyawan bank berplat merah di Jawa Barat.
 Dadan salah seorang anggota XTC mengatakan bahwa telah terjadi selisih paham di antara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami, ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Pepi mengaku sering diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi kalah,” kata Pepi. “Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala(Koordinator), ya lumayan lah..”Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung. Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjukrasa itu bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka memilih damai. Pertengahan 2003, XTC melakukan penyerangan sensasional. Mereka menyerang kantor kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung. Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial, akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak bisa berbuat banyak menghadapi ribuan massa yang memadati Jalan Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes Bandung. “Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”




TENTANG XTC


SAAT INI KAMI BERPUSAT DI BANDUNG SEXY_ROAD CITY,
KAMI MEMENTINGKAN SOLIDARITAS DAN KEBERSAMAAN,
WE ARE NEVER DIE,
WE ARE KING OF ROAD,
WE ARE THE BEST,
WE ARE ENGANG COMMUNITY,
BWNDERA KAMI PUTIH,BIRU MUDA,BIRU TUA YANG AKAN BERKIBAR TERUS SAMPAI KAPANPUN,
JIWA KAMI SEXY ROAD,
TAWON TEMPUR PANUTAN KAMI,
KAMI MEMBANTAI BUKAN DI BANTAI,
KAMI PECINTA KETENANGAN,
KAMI BENCI PENGKHIANAT,
KAMI BENCI POLISI,
KAMI MENYERANG JIKA KAMI TERUSIK,
KAMI BERJUBAH PUTIH,BIRUMUDA,BIRUTUA,
KAMI BENCI GANKSTER LAIN YANG MENCOBA MENGHALANGI LANGKAH KAMI,
KAMI ADALAH KUMPULAN ORANG-ORANG YANG TAKKAN PERNAH TAKUT MATI,DARAH KAMI PUTIH,BIRU MUDA,BIRU TUA,
KAMI BERGERAK DI BIDANG MOTOR RACING,

XTC_SEXY_ROAD NEVER DIE,

LOE ASIK,
GW SANTAI,
LOE USIK,
GW BANTAI,
ITU SEMBOYAN KAMI,

KAMI DITAKUTI,
KAMI DISEGANI,
KAMI DIIKUTII,
KAMI DIPUJA.........

KAMI SEXY ROAD MENYATAKAN :

DENGAN INI KESIAPAN KAMI UNTUK BERPERANG MELAWAN TAI BABI,
- M2R (MEMEK 2 RASA)
- GBR (GBUNGAN BANCI REOT)
- BRIGEDZ (BRIGDZ SNTING)
DAN GANK MANAPUN YANG MENCOBA MENGHALANGI LANGKAH KAMI,.
KAMI AKAN SELALU ADA DIMANAPUN,KAPANPUN,DAN SAMPAI KAPANPUN,
KALIAN AKAN MENEMUKAN JATI DIRI KALIAN PARA PECINTA MOTOR RACING,
JIKA KALIAN MASUK XTC_SEXYROAD..

WE ARE KING OF ROAD FOREVER....

DISTRIK PERSEBARAN KAMI JUGA LUAS,
SALAM SEXY ROAD TO :
XTC BANDUNG
XTC JAKARTA
XTC KARAWANG
XTC PURWAKARTA
XTC TAZIK
XTC SEMARANG
XTC RZM
XTC GARUT
XTC CIAMIS
XTC KUNINGAN
XTC CIREBON
XTC SURABAYA
XTC BALI
XTC BANGKA-BELITUNG
XTC YOGYAKARTA
XTC MALANG
XTC BOGOR
XTC TANGERANG
XTC TAMBUN
XTC CIKARANG
XTC BEKASI
XTC DEPOK
XTC LAMPUNG
XTC KALTIM
XTC BALIKPAPAN

DAN SELURUH XTC DI REPUBLIK INDONESIA....

____XXXXXXXXXXX______XXXXXXXXXXX____
____XXXXXXXXXXX______XXXXXXXXXXX_____
_______XXXXXXX________XXXXXXX_______
________XXXXXXX______XXXXXXX________
_________XXXXXXX____XXXXXXX_________
__________XXXXXXX__XXXXXXX__________
___________XXXXXXXXXXXXXX___________
____________XXXXXXXXXXXX____________
___________XXXXXXXXXXXXXX___________
__________XXXXXXX__XXXXXXX__________
_________XXXXXXX____XXXXXXX_________
________XXXXXXX______XXXXXXX________
_______XXXXXXX________XXXXXXX_______
____XXXXXXXXXXX______XXXXXXXXXXX____
____XXXXXXXXXXX______XXXXXXXXXXX____

____________________________________
_____TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT_____
_____TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT_____
_____TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT_____
_____TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT_____
_____TTTT_____TTTTTTTT_____TTTT_____
______________TTTTTTTT______________
______________TTTTTTTT______________
______________TTTTTTTT______________
______________TTTTTTTT______________
______________TTTTTTTT______________
______________TTTTTTTT______________
______________TTTTTTTT______________
______________TTTTTTTT______________

____________________________________
_____CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC_____
_____CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC_____
_____CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC_____
_____CCCCCCCC__________CCCCCCCC_____
_____CCCCCCCC_______________________
_____CCCCCCCC_______________________
_____CCCCCCCC_______________________
_____CCCCCCCC_______________________
_____CCCCCCCC_______________________
_____CCCCCCCC___________CCCCCCC_____
_____CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC_____
_____CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC_____
_____CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC

XTC Itu Klub, Bukan Geng Motor

Sebagai pihak yang paling sering disudutkan, melalui Kuasa Hukum sekaligus Senior Pembina Ahmad Ridwan, XTC Sexy Road Indonesia merasa sudah dihakimi dan difitnah.

“Kalau media jeli, justru anggota kami yang sebetulnya jadi korban provokasi geng motor. Kami itu bukan geng, kami klub motor yang sudah tercatat di IMI (Ikatan Motor Indonesia) Jawa Barat. Silakan cek di dokumen IMI Jabar dan bisa dipertanggungjawabkan,” kata Ridwan saat ditemui di rumahnya, Sabtu (20/11/2010).

Menurut Ridwan, XTC Sexy Road Indonesia berdiri sejak tahun 1982. Bahkan bisa disebut sebagai salah satu pendiri IMI Bandung dan IMI Jabar. Hingga kini, keanggotaannya sudah mencapai lebih dari 8.000 orang.

“Memang walau berdiri kami memprokamirkan diri sebagai geng motor. Tetapi bukan untuk kejahatan, tetapi hanya balapan. XTC dirikan oleh sekelompok pemuda yang memiliki minat bakat dan hobi sama pada sepeda motor,” tegasnya.

Dikatakan Ridwan, sekitar tahun 2000 sampai tahun 2009 XTC Sexy Road Indonesia sempat vakum sehingga kegiatannya tidak terkontrol. Soalnya anggota yang masuk kurang memahami makna organisasi.

“Pada bulan Maret 2010, kami kembali menjadi anggota resmi IMI dengan nomor registrasi 339. Lalu Agustus, keluar SK yang ditandatangani Oke Djunjunan. Sebelumnya, nama kami pun diubah pada huruf C yang dulunya kurang pantas menjadi Creativity,” tandasnya.

XTC Sexy Road Indonesia merasa perlu angkat bicara setelah media massa ramai memberitakan beberapa kasus aksi geng motor semakin marak di Jawa Barat dalam sebulan terakhir. Beberapa di antaranya menyebut-nyebut XTC sebagai pihak yang melakukan aksi tersebut.

Kasus terbaru terjadi di Pasirjambu Ciwidey Kabupaten Bandung saat enam anggota XTC menjadi bulan-bulanan warga karena menganiaya penduduk setempat.Lalu di Tasikmalaya, seorang anggota XTC ditembak karena diduga akan menyerang petugas. Terakhir, kawanan XTC mengamuk dan merusak gerobak pedagang gorengan.

Yang paling santer, saat ratusan anggota XTC digiring ke Mapolrestabes Bandung pada September lalu usai menghadiri Jambore Damai IMI Jabar di Subang. XTC terlibat bentrokan dengan Moonraker hingga mengakibatkan sejumlah korban. [dey/GIN]
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis setiap pagi disini atau akses mobile langsung http://m.inilah.com via ponsel dan Blackberry !

Sejarah awal Geng Motor Membakar Jalan kota Bandung

BRIGEZ, XTC, Moonraker (M2R), dan GBR. Sebagian besar warga Bandung langsung mengenalnya sebagai geng motor. Nama-nama itu tersebar dalam bentuk coretan cat semprot di tempat-tempat umum seperti dinding, jembatan, hingga rolling door. Ada juga yang mengenalnya dari berita-berita kriminal, baik di koran, TV, atau dari mulut ke mulut. Keempat nama itu merupakan bagian dari sejumlah klub atau geng motor yang masih eksis di Kota Bandung.
Belakangan, dua geng yang namanya masih mencuat ialah Brigez dan XTC. “Perang” geng antarkeduanya kerap terjadi. Terkadang meminta korban luka hingga korban jiwa. Kasus terakhir, tewasnya Sandy Kurnia alias Tile saat terjadi ”perang” geng motor Brigez dan XTC di Jln. Saturnus Raya, Bandung, Sabtu, 11 Agustus 2007 lalu.
Mencari tahu penyebab “perang” antargeng motor, gampang-gampang susah. Ada beberapa versi pemicu awal “perang” antargeng. Dari wawancara ”PR” dengan sejumlah pentolan geng motor, semua mengerucut pada satu peristiwa antara tahun 1989 atau 1990 (sumber ”PR” lupa tahun persisnya).
Dipicu oleh pertengkaran antara Erdin (Ketua GBR saat itu) dengan Abuy (XTC), yang berujung pada perkelahian di kawasan Dago. Usai perkelahian, Abuy membawa kabur motor Yamaha RX King milik Erdin. ”Dulu, perkelahian memang antarpribadi, satu lawan satu,” ucap D’Cenk, pentolan XTC tahun 1980-an yang kini menjadi pengajar.
Keduanya lalu didamaikan anak-anak XTC lainnya. Motor milik Erdin dikembalikan, tetapi tanpa lampu depan. Saat diminta, Abuy tidak mau mengembalikannya. ”Dari sana terpatri di benak anak-anak GBR bahwa XTC musuh GBR,” tutur D’Cenk yang tidak mau ditulis nama aslinya.
Pada pertengahan tahun yang sama, suatu malam, anak-anak XTC bertemu dengan GBR di Jln. Supratman Bandung. Versi D’Cenk, GBR sepertinya telah menyiapkan peralatan “perang” di antaranya batu, samurai, kapak, balok dan lain-lain. ”Kita tidak siap apa-apa. Paling hanya double stick dan rantai,” katanya.
Geng XTC mengejar GBR dan berhenti di sekitar Gasibu. ”Mereka pura-pura kabur dan sengaja dibawa ke Gasibu. Di sana, anggota mereka yang lainnya sudah siap. Kami kelabakan karena kalah jumlah. Teman kami Arif, tertinggal. Saat kami balik lagi ke tempat itu, dia sekarat. Sebelum meninggal, dia berpesan agar kematiannya dibalas. Itulah asal muasalnya,” kata D’Cenk.

Perseteruan GBR vs XTC kian melebar dan meminta banyak korban. Suasana kian keruh ketika geng-geng itu melibatkan atau meminta bantuan geng lainnya seperti Brigez atau Moonraker. Akhirnya, semua geng saling bermusuhan dan kerap terlibat tawuran hingga saat ini.
Menganiaya korban
Selain meminta korban sesama anggota geng, tindakan mereka juga mengambil korban masyarakat biasa. Tak salah jika masyarakat menyebut geng-geng motor tersebut tidak berbeda dengan perampok atau pencuri.
Tindak kejahatan yang dilakukan sebagian besar perampasan barang berharga milik korban, seperti uang, HP, dompet, hingga motor. Dalam aksinya, mereka tak segan-segan menganiaya korban.
Salah satu yang pernah “mencicipi” aksi kriminal geng motor ialah seorang penulis lepas di harian “PR”, Agus Rakasiwi. Dadanya ditusuk senjata tajam anggota geng motor yang hendak merampas dompet miliknya.
Geng motor memang merajai jalanan di Kota Bandung. Polisi pun dilawan, dan tak berkutik. Meski jabatan Kapolwiltabes Bandung beberapa kali diganti, aksi geng motor tak pernah bisa hilang.
Dulu, biasanya di setiap geng ada anggota yang memiliki beceng alias senjata api. ”Biasanya mereka anak-anak pejabat, polisi, atau ABRI (tentara). Makanya kita berani karena ada mereka-mereka itu,” tutur Diki alias Si Rajin (Si Raja Jin), anggota Brigez tahun 1980-an.
Mantan Komandan Perang Brigez itu mengatakan, senpi itu kerap dibawa saat penyerangan, tetapi hanya untuk menakut-nakuti. ”Tetap saja kita perangnya pakai balok kayu, batu, rantai, samurai, atau stik bisbol. Dan perlu saya garis bawahi, semua itu dilakukan untuk keperluan perang geng. Bukan tindak kriminal seperti sekarang yang korbannya masyarakat,” ucap pria beranak satu yang selalu bersikap kalem ini.
Dari waktu ke waktu, keberingasan geng motor memang mengarah ke tindak kriminal murni. Sejumlah sesepuh geng motor tidak menampik bahwa geng-geng motor sekarang bisa saja dijadikan sarana peredaran narkoba. ”Dulu saja banyak bandar yang menawarkan barangnya. Waktu itu zamannya putaw sedang tren. Harus diakui, ada beberapa anggota geng yang memakainya, bahkan menjualnya ke anggota geng lainnya,” kata Ocan Brigez.
Bukan tidak mungkin, geng-geng motor itu suatu saat nanti berkembang menjadi kelompok kejahatan yang terorganisasi.
Hal itu juga diamini oleh D’Cenk. Salah satu tindak kejahatan yang pernah dilakukan XTC di zaman kepemimpinan Irvan Boneng tahun 1995, yaitu merampok toko emas di Tasikmalaya. ”Makin ke sini, saya lihat tindakan mereka makin kriminal saja. Makanya, tahun 1991 saya menyatakan keluar dari XTC. Semua atribut yang berbau XTC mulai dari jaket, kaus, dan bendera, saya bakar. Sejak itu, saya tidak mau lagi berurusan dengan geng motor. Langkah saya itu diikuti sejumlah dedengkot XTC lainnya,” ucapnya.
Ia melihat, anggota geng motor saat ini tidak lebih dari anak-anak yang kurang perhatian dari orang tua mereka. ”Mereka itu ingin cari perhatian dan dipuji-puji rekan satu gengnya karena di rumah tidak mendapat kasih sayang orang tua. Saya yakin, mereka itu orang-orang pengecut karena berani bertarung kalau banyakan. Tidak man to man seperti dulu,” ucapnya.
Oleh karena itu, dia berharap polisi berani bertindak tegas terhadap geng motor sebelum mereka menjadi kelompok kejahatan terorganisasi. Mereka memang bisa saja ”membakar” jalanan Kota Bandung dengan segala aksi kriminal, layaknya geng motor Hell’s Angels yang ”membakar” jalanan di Benua Amerika. (Satrya/”PR”)

SEJARAH GENG MOTOR DI INDONESIA

SEJARAH GENG MOTOR DI INDONESIA
KHUSUS NYA XTC
1.Ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker , Grab on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez). Keempat geng itu sama- sama eksis dan memiliki anggota di atas 1000 orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah pinggiran Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon dan Subang.

Kita mulai saja dengan Moonraker. Inilah konon ruh dari semua geng motor di Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini, dirajut oleh tujuh orang pemuda yang sama-sama hobi balap.

Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu penyelamat.

“Panglima Perang” mungkin terdengar unik dalam sebuah organisasi pencinta motor. Istilah ini biasanya digunakan oleh lembaga keamanan atau kelompok bersenjata. Di Moonraker sendiri, Panglima Perang bertugas mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain. Jika ada keputusan perang, informasi menyebar ke seluruh anggota paling lama dalam waktu 24 jam.

Bagi para pembangkang yang melanggar tata tertib organisasi, sudah disiapkan tempat yang mereka sebut dengan nama “Sel 13,” semacam mahkamah pengadilan. Tempat ini paling dihindari oleh semua anggota. Jangan mengharap sebuah proses hukum layaknya sebuah lembaga pengadilan. Di sini para pembangkang itu akan mendapat penyiksaan dari senior-seniornya.

Kategori pelanggaran itu antara lain memakai dan mengedarkan narkoba, bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan sesama anggota Moonraker. Pengikut Moonraker semakin lama, terus membengkak. Kini tercatat anggotanya mencapai 1.400 orang, tersebar di berbagai wilayah.

Menurut Dandy Alfandy, salah satu pentolan Moonraker, sejak awal kelompok ini berorientasi pada balapan. Konflik dengan geng XTC (musuh terbesar Moonraker) pertama kali dipicu saat berlangsung kompetisi Road Race piala Djarum Super tahun 90-an. Persoalannya sepele saja, hanya senggol-menyenggol di arena balapan, entah siapa yang memulai. Puncaknya, terjadi tawuran besar-besaran antara ke dua geng ini pada tahun 1999. Satu orang meninggal dunia pada peristiwa itu. Hingga kini dendam sejarah itu masih mengendap dari generasi ke generasi.

XTC punya anggota lebih banyak dari Moonraker. Siapa mereka? XTC atau Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda. Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela.

Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC. Brigez yang paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.

“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada saat akan melakukan perbutan wilayah. Perebutan wilayah termasuk upaya dalam rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise dikalangan gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan diam-diam ke basis-basis lawan.

Anggota XTC, banyak anak-anak dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar.

Lalu, mengapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi polisi tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.

Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak XTC. Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah satu karyawan bank berplat merah di Jawa Barat.

Dadan salah seorang anggota XTC mengatakan bahwa telah terjadi selisih paham di antara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami, ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Pepi mengaku sering diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi kalah,” kata Pepi. “Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala, ya lumayan lah..”Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung.

Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjukrasa itu bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka memilih damai.

Pertengahan 2003, XTC melakukan penyerangan sensasional. Mereka menyerang kantor kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung. Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial, akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak bisa berbuat banyak menghadapi ribuan massa yang memadati Jalan Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes Bandung.

“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”

TAHUN 1980-an juga ditandai kelahiran Brigez dan GBR.

Brigez lahir di SMUN 7 Bandung, sesuai dengan namanya Brigade Seven. Sejak masih embrio pada tahun 80-an geng ini merupakan rival terberat XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar kumpul-kumpul biasa. “Kami hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak pakai helm, tidak pakai lampu apalagi rambu-rambu,” kata Ilmanul, salah satu pendiri Brigez. Dulu geng ini hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor. Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas. Tidak ada pengurus, hanya ada ketua yang bertugas mengkoordinir saja.

Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya, menjadi lambang identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya. Nama Brigez acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja, karena mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang surya.

Berbeda dengan XTC, Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka menolak bersimbiosis dengan lembaga plat merah atau ormas bentukan kelompok politik tertentu. Menurut Ilmanul, lamaran dari Ormas Pemuda Pancasila untuk bergabung, ditolaknya mentah-mentah. Kalau pun ada anggotanya yang menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan tidak membawa bendera Brigez. Bersamaan dengan Brigez, muncul pula Grab on Road (GBR). Yang berbeda, geng ini dilahirkan di lingkungan SMPN 2 Bandung. Mereka tak rikuh kebut-kebutan, sekalipun banyak yang belum pegang surat ijin mengemudi.

Kelompok ini mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu berbau Jerman, paling tidak warna benderanya hitam-merah-kuning (urutan dari atas ke bawah). Meski lahir di SMPN 2 Bandung, anggota GBR beragam. Bukan hanya siswa atau alumni sekoah itu saja, tapi kalangan umum lain.

Supiana, Pebina Urusan Kesiswaan SMPN 2 Bandung, menolak sekolahnya diidentikan dengan geng. “Tidak ada fakta bahwa GBR berdiri di SMPN 2,” ujarnya. Namun ia membenarkan halaman sekolahnya dijadikan tempat bergerombol pada sekitar tahun 80-an.

MASUK ke dalam komunitas ini tidak cuma-cuma. Calon anggota Moonraker, misalkan, tak jarang diwajibkan mengendarai motor tanpa rem dari Lembang hingga Jalan Setibudhi Bandung. Jaraknya sekitar 15 kilometer.

Kalau tidak disuruh ngebut tanpa rem, anak baru dipaksa berkelahi dengan seniornya. Pendeknya, mereka tampil pada panggung kehidupan sosial dengan menawarkan model-model kekerasan. Diakui atau tidak, itulah pola yang terbentuk melalui berbagai gerakan yang mereka tampilkan. Tindakan kekerasan seperti kebutuhan spritual untuk membentuk identitas kelompoknya.

“Tindakan melanggar hukum memang ada, hanya agar orang lain tahu bahwa kami ada,” kata Ilmanul, anggota Brigez itu. Ia kini berusia 27 tahun dan kini berwiraswasta. “Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang, itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Ada juga yang mencuri, tapi uangnya digunakan rame-rame untuk pergi keluar kota atau konvoi,” tambahnya. Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan. Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka “mewajarkannya” sebagai salah satu upaya mencari jati diri.

Yopi, anggota GBR berusia 25 tahun, punya pengalaman yang membuat jantungnya bertabuh. Pada suatu malam di Jalan Cihampelas, dia bersama seorang temannya menghadang dan mengancam seorang pengendara motor. Setelah berhasil mematahkan keberanian orang itu, ia dan temannya justru bingung mau melakukan apa. Akhirnya keduanya sepakat untuk mengambil uang secukupnya dari dompet korban, lalu kabur sekencang-kencangnya. “Deg-degan, tapi puas karena gak tertangkap polisi,” kenang Yopi seraya tersenyum lebar.

Ada juga inisiasi yang lain. Untuk menjadi anggota senior, misalkan. Ia tidak cukup dengan berapa lama dia bergabung di geng itu, tapi butuh pembuktian bahwa orang itu berani melakukan hal yang paling beresiko sekalipun. Semakin tinggi resiko yang dia ambil, semakin tinggi pula penghormatan atas dirinya Senior adalah kedudukan penting bagi geng. Seorang senior mempunyai keleluasaan dalam hal apapun. Ia juga mempunyai hak menentukan keputusan terhadap para junior. Kedudukan senior bahkan lebih tinggi di atas ketua geng. Senior bisa memutuskan salah atau benar dan menghukum junior dengan caranya sendiri.

Wendy Pranandha, anggota GBR, mengatakan peran senior amat menentukan. Sekali saja ada anggota yunior tidak kelihatan kumpul wajib setiap malam minggu, si senior akan menghajar sesuka hatinya, tak peduli alasan apapun. Kekerasan seolah mewakili spirit mereka. Mungkin juga mereka menganggap itu pilihan
gaya hidup.

PERLU dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio.
Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.

2.Mulanya kumpul-kumpul sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi geng yang beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka membentuk gaya hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi menancapkan identitas kelompok. Ngetrack, kebut-kebutan, dan tawuran adalah upaya dalam pencarian identitas itu. KAWASAN Cilaki, Bandung, suatu sore. Matahari mulai menepi. Tak seluruh siluetnya jatuh ke jalanan. Kerimbunan pepohonan menghalanginya. Dalam teduh, tiga remaja terlihat sedang duduk-duduk. Mereka pelajar sekolah menengah atas yang sedang membunuh waktu, menunggu tibanya jadwal bimbingan belajar. Dari kejauhan, sepeda-sepeda motor menderu-deru. Jumlahnya belasan. Mereka jalan beriringan. Pedalnya dibuat meraung-raung, walau kecepatannya tak lebih kencang dari pembalap paling bego sekalipun. Mereka melintasi tiga pelajar itu. Mereka, seperti tiga pelajar itu, semuanya berseragam putih abu. Tapi kedua kelompok jelas dari sekolah yang berbeda, dan mungkin tak saling kenal. Sebagian pengendara menyembunyikan seragam putih-abu itu di dalam jaketnya. Tepat di depan ketiga pelajar, salah satu pengendara motor terjatuh, seperti disengaja. Sontak saja teman-temannya melimpahkan kesalahan kepada tiga pelajar itu. “Maneh budak mana, tong macem-macem ka aing,” bentak salah satu pengendara motor itu. (Kamu anak mana, jangan macam-macam.) Tiga pelajar tadi tak merespon. Merasa di atas angin, para pengendara itu melampiaskan kebinatangannya. Salah seorang mulai memukul. Dan ketika ketiga pelajar itu tak menunjukkan perlawanan, yang lain makin berani dan mulai ikut memukul. Adegan selanjutnya sudah bisa diduga, pengeroyokan tanpa alasan berlangsung dalam waktu cepat. Dua di antara tiga pelajar itu babak belur. Antoni Adi Krisna, salah satu pelajar dari SMUN 9 Bandung , dipukuli bertubi-tubi. Darah segar mengalir dari hidungnya. Pelajar lainnya dari sekolah yang sama, Muri Nugraha, dipaksa untuk menyerahkan barang berharga. Dompet pun melayang. Seorang lagi, Rizal Satria pelajar SMUN 2 Bandung, selamat dari aniaya itu. Ia mengambil langkah seribu. Usai beraksi, geng tadi berlalu. Seorang pengendara tak lupa berseru dengan pongah “Aing raja jalanan tong macem-macem ka aing.” (Aku raja jalanan, jangan macam-macam). Suara knalpot memecah telinga, kemudian sunyi. “Saya dan pedagang lain melihat kejadian itu, tapi tidak satupun di antara kami yang berani melawan mereka. Jumlahnya terlalu banyak,” Maryati, pemilik kios itu mengatakan kepada sayaMenurut Rita pengelola Daniel Bimbingan Belajar, Antoni Adi Krisna mengalami shock dan tidak ingin ditemui oleh wartawan. Demikian juga dengan orang tuanya yang tak ingin anak-anaknya terus terusan dijadikan bahan pemberitaan. “Ini tempat bimbingan belajar, jadi kami sangat menghormati pripasi pengguna jasa kami,” ujar Rita ketika saya meminta bertemu degan Antoni. ADA masa-masa tak aman di jalanan Bandung. Geng motor, beranggotakan beberapa orang atau puluhan hingga ratusan, tak jarang bikin cemas. Ajun Komisaris Besar Polisi Masyudi, Kepala Polisi Resort Bandung Tengah, termasuk yang jengkel atas perilaku mereka. Ia mengancam akan melarang keberadaan geng motor. Bisa dipahami kalau Masyudi jengkel. Soalnya, menurut Inspektur Polisi Wadi Sa’bani, Kepala Unit Reserse Kriminal Polisi Sektor Bandung Tengah, kasus-kasus kriminal yang melibatkan geng sepeda motor belakangan ini menunjukkan kecenderungan meningkat. Dalam satu tahun terakhir saja, kata dia, terjadi dua kasus setiap minggunya. Jumlah ini belum termasuk pengaduan dari masyarakat. Jenis kejahatannya beragam, mulai pencurian, tawuran, perampokan dengan kekerasan dan pengrusakan tempat umum. “Di kota lain, aksi brutal para gengster tidak separah di Bandung, bahkan mungkin tidak ada,”ujarnya, menerka-nerka. Sa’bani yang saya temui di kantornya mengungkapkan perilaku mereka didasari motif yang tak jelas. Bahkan, bukan sekadar kebutuhan ekonomi. Faktanya, banyak dari mereka berasal dari keluarga mampu. “Ada semacam kepuasan jika melakukan aksi melanggar hukum.” “Kebanyakan dari mereka yang tercatat di kepolisian adalah anggota kelompok XTC.” Menurut Sa’bani, di antara mereka tak sedikit residivis dalam kasus pencurian kendaraan bermotor. Ada catatan buat si residivis itu. Salah satunya menimpa perempuan muda bernama Furwanti, 18 tahun. Tengah malam ia lewat di Jalan Laswi. Tiga motor dengan enam orang pengendara, melaju pelan di hadapan Furyanti. Plat nomor motor mereka ditutupi plastik. Satu dari mereka memepet Furyani dan menempelkan sebilah golok di samping leher Furwanti. Hanya perlu sedikit gerakan untuk menyobek leher itu. Furwanti terkesima dan berhenti. Dengan sewenang-wenang mereka merampas helm dan kunci kontak, lalu kabur dengan kecepatan tinggi. Belum habis teriakan Furwanti, beberapa polisi mendekati Furwanti kemudian langsung mengejar mereka. Nampaknya polisi telah mengintai mereka dari jauh. Polisi hanya berhasil menangkap dua tersangka pelaku. Empat orang lainnya lolos. *** KECENDERUNGAN perilaku mereka mengarah ke kriminal setidaknya telah berlangsung sejak tahun 1990-an lalu, tak lama setelah arena balapan di jalanan di Bandung dijaga ketat aparat kepolisian. Jalanan yang sering digunakan untuk kebut-kebutan antara lain kawasan Gasibu di Jalan Diponegoro, kawasan Dago dan Jalan Supratman. Arena kebut-kebutan tak lagi terlokalisasi. Mereka menyebar secara sporadis ke jalanan lain yang lolos dari pindaian polisi. Jalanan membawa hawa panas rupanya. Mereka tak sekadar kebut-kebutan, tapi juga tawuran. Pada 1995, tiga pemuda dikerangkeng di balik penjara, karena terbukti bersalah dalam kasus tawuran antara geng Brigez dengan Binter Mercy. Satu orang anggota Binter Mercy tewas. Saya berkunjung ke rumah Ilmanul salah satu anggota Brigez yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Saya mendapat sambutan hangat darinya. “Saat itu saya tidak tahu ada orang yang terbunuh, saya baru tahu dari koran keesokan harinya,” ujar Ilmanul meceritakan kepada saya. “Dalam tawuran, kita tidak peduli berapa korban yang terluka atau yang terbunuh, yang penting saat itu bagaimana menyelamatkan diri dan teman-teman,” tambahnya. Ilmanul dihukum dua tahun penjara, sedangkan dua orang temannya masing-masing dihukum tiga tahun dan 2,5 tahun penjara. “Waktu itu memang kami bersalah, menggesek-gesekan samurai di depan mereka,” kata Ilmanul. Yopi, anggota GBR, mengisahkan tragedi paling mengerikan dalam hidupnya pada tahun 1998, ketika terjadi perang besar-besaran antara GBR dengan XTC yang melibatkan ratusan anggota geng motor di kawasan Dago. Lima orang meninggal dalam tragedi itu. Mereka mengenangnya dalam ungkapan “Dago Menangis.” Yopi lulusan Universitas Pasundan Bandung tengah mendirikan lembaga konsultan dalam bidang pangan. Ia memutuskan untuk tidak lagi ikut dalam kegiatan geng motor.“Teman saya banyak yang meninggal, akibat tawuran dan OD (Over Dosis-red),”ungkapnya. Wendy Prananda, juga anggota GBR, menyaksikan temannya sendiri kehilangan salah satu telinganya akibat dipotong lawan tawurannya. Tapi peristiwa-peristiwa itu tidak menjadi alasan untuk jera. Wendy menyukai dunia broadcast. Ia menjadi juru kamera di salah satu televisi lokal di Bandung. “Kami seperti keluarga, meski saya sudah jarang gabung, tapi soal kesetiakawanan gak pernah luntur,” kata Wendy ketika saya menemuinya di kantornya. Tahun itu seolah menjadi titik klimaks aksi brutal mereka. Pertemuan antar geng sering jadi saat yang paling rawan gesekan. Nyawa berguguran dan melahirkan dendam tak berujung. Samurai, jenis golok berukuran panjang yang biasa digunakan oleh kelompok Ninja di Jepang, menjadi senjata khas mereka. Tidak hanya saat tawuran, senjata ini biasa dipamerkan pada saat konvoi. Samurai dilepas dan ujung runcingnya digesekkan ke jalanan hingga memercikan cahaya api. Senjata lainnya yang biasa digunakan yakni golok, stik soft ball, bom molotof bahkan senjata api jenis pistol. Tidak tahu pasti siapa yang menggunakan senjata api, namun dari penuturan sebagian anggota geng yang saya temui, semuanya pernah melihat teman satu gengnya menggenggam pistol atau malahan diancam dengan pistol. Tragedi demi tragedi terus terjadi. Dendam terus berkecamuk, seperti snow ball. “Tidak perlu ada masalah, pokoknya kalau ketemu, kami saling hajar,” kata Devi Makmur alias Felix, salah satu pentolan XTC. Usianya masih muda belum genap 30 tahun. Saya menemuinya di sebuah cafĂ© tenda di Jalan Dipatiukur. Kejadian paling hangat Agustus 2006 ketika Brigez sedang konvoi ke daerah Garut. Tiba-tiba XTC melempari mereka dengan batu. Terjadi kejar-kejaran, lalu tawuran. Satu unit rumah dan mobil milik warga hancur. “Permasalahan dengan XTC tidak akan pernah berakhir sampai kapan pun. Kami tidak pernah mewarisi dendam ini, tapi generasi selanjutnya akan tahu dengan sendirinya,” ujar Ilmanul kepada saya. *** PERLU dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio. Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain. Ada empat geng motor yang pali


3.BANDUNG (Pos Kota) - Awalnya geng motor hanya kumpulan anak-anak
remaja yang hobi ngebut dengan motor, baik siang maupun malam
hari di Kota Bandung . Mereka melakukan balapan motor alias
trek-trekan di jalanan umum. Tapi kini, geng motor kini sudah
meresahkan masyarakat, karena sepak terjangnya makin beringas.

Kelompok ini sekarang sudah menyebar ke berbagai wilayah, meski
organisasi induknya tetap berada di Kota Bandung , Jawa Barat.

Untuk mengetahui, kenapa mereka berubah brutal dan jahat, kita
mesti lebih dulu mengetahui latarbelakang organisasinya dan
doktrin yang diterapkan saat mereka direkrut yang disebut sumpah.

Setiap anggota geng motor dalam sumpahnya, harus berani melawan
polisi berpangkat komisaris ke bawah. Anggota harus berani
melawan orangtuanya sendiri. Sumpah terakhir, anggota harus
bernyali baja dalam melakukan kejahatan.

Demikian tiga sumpah anggota geng motor di Bandung dalam buku
putihnya yang ditemukan polisi pada tahun 1999. Dokumen setebal
20 halaman yang diamankan Kapolwiltabes Bandung saat itu, Kolonel
(Kombes-Red) Yusuf Mangga Barani, nampaknya menjadi sumpah atau
patokan geng motor selama ini.

4 GENG TERKENAL Berdasarkan penyelidikan, ada empat geng terkenal
di Kota Bandung , yakni Exalt To Coitus (XTC), Grab On Road (GRB),
Berigadir Seven (Briges) dan Mounraker yang pada hakikatnya
memiliki ideologi sama, mencetak anggota dari kalangan siswa SMP
dan SMA menjadi remaja yang berperilaku jahat dan tak lepas dari
tiga sumpah di atas. Anggota bukan saja laki-laki, tetapi banyak
juga remaja putri yang senang ngumpul-ngumpul, berbaur dengan
putra.

Merujuk dari tiga poin doktrin geng motor tersebut, dapat
dimaklumi kalau mereka selalu berbuat jahat karena termotivasi
doktrin yang ada di kumpulanya itu. Hanya saja, aksi kejahatan
mereka kini semakin membabi buta. Bukan saja sebatas tawuran atau
merampas sepeda motor, tapi mereka sudah berani merampok dan
membunuh. Masalah kejahatan inilah yang kini jadi momok warga
Bandung untuk keluar pada malam hari. Dan sering membuat
kewalahan polisi untuk memberantasnya.

POTONG JARI Geng XTC berdiri pada tahun 1982 di Kota Bandung .
Dengan menancapka bendera putih biru muda bergambarkan lebah itu
awalnya didirikan sekelompok anak SMA swasta elite di kota ini.
Rekruitmen anggota terus digenjot kelompok ini. Sehingga pada
usia belasan tahun geng ini mampu menarik anak sekolah dan dengan
cepat berkembang di daerah-daerah di Jawa Barat.

Exalt To Coitas tercatat beranggotakan di atas 5.000 orang.
Anggota ini tersebar mulai Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Ciamis, Garut, Tasikmlaya, Sumedang, Cianjur, Subang, hingga
Cirebon dan Kuningan. Sejalan dengan tipe lebah, anggota geng
tersebut selalu kompak bila ada anggotanya yang disakiti anggota
geng lain. Bagaikan lebah, ketika disakiti, mereka terus memburu
musuh-musuhnya yang menggangu kenyaman hidup mereka.

Kami mengakui kalau XTC merupakan geng terbesar di Bandung
dibanding tiga geng lainnya. Kekuatan semakin besar egonya pun
tak ketulungan. Walau geng lain tak menggangu, XTC selalu membuat
masalah, kata sejumlah pentolan geng motor yang menolak ditulis
namanya.

XTC geng motor yang terkuat saat ini. Jumlah anggota semakin
bertambah, sehingga daerah jajahan nya pun semakin luas. Semula
XTC hanya menguasai sejumlah ruas jalan di Kota Bandung mulai
Jalan Peta, Buahbatu, Gatot Subroto dan Jalan Diponogoro. Namun,
belakangan, daerah kekuasaan geng ini semakin bertambah dan mampu
mencaplok daerah Jalan Dago, Pasteur hingga Kiaracondong.

Dengan adanya eksvansi daerah kekuasaan ternyata banyak
menyinggung kewibawaan geng motor lainnya di Kota Bandung .
Buntunya, percikan pertengkaran dan saling serang menyerang terus
terjadi meski harus menumbalkan nyawa anggotanya.

Diakui atau tidak, geng XTC dimusuhi tiga geng lainnya. Ini bukan
impian tapi kenyataan, kata para remaja di Bandung .

Dalam membuat anggota baru, XTC memiliki cara tersendiri. Para
anggota yang datang dari lingkungan sekolah SMP dan SMA selalu
digodok di daerah Lembang selama empat hari untuk mengikuti
training loyalitas.

Polisi jajaran Polwiltabes Bandung mencatat, training loyalitas
yang diterapkan bukan berupa pelajaran sekolah, melainkan berupa
penggojlokan fisik mulai ditendang diinjak dan dipukul.
Penyiksaan ala IPDN terhadap praja lebih ringan dibanding
penyiksdaan di XTC. Dan cuplikan gambar tersebut ada di CD yang
berhasil diamankan Polwiltabes, kata sejumlah anggota polisi.

Yang lebih parah lagi, semua anggota baru yang lulus dalam uji
loyalitas, harus mengikuti tes terakhir ketika mereka pulang ke
rumah. Tes itu berupa mengendarai sepeda motor Lembang-Bandung
tanpa harus menggunakan rem. Latihan ini yang kini terus
dikembang dalam aksi kejahatan perampasan perampokan dan
penyerangan di tengah jalan, kata dia. Anggota XTC memiliki
keunikan tersendiri dalam organisasinya.

Setiap orang mengundurkan diri dari keanggotaanya yang
bersangkutan diharuskan potong jari kelingking. Upacara ini
menandakan kesetiaan seseorang terhadap geng. Luar biasa !

MINUM DARAH ANJING Berbeda dengan geng motor Brigadir Seven
(Briges) dalam merekrut anggota barunya. Tiga doktrin utama
seperti musuhi polisi, lawan orang tua, dan berlaku jahat di
tengah malam terus dikembangkan pada tubuh geng yang semula
beranggotakan siswa SMA 7 Bandung. Terhadap anggota baru,
Komandan Briges terus melakukan uji nyali mulai keterampilan
dalam beraksi hingga mereka diharuskan minum darah anjing dan
ayam. Konon, dua darah ini bisa menubuhhkan rasa berani pada diri
seseorang.

Dengan keberaniannya dalam beraksi, Briges mengalami perkembangan
cukup lumayan. Di bawah bendera negera Jerman bergambarkan
kelelawar hitam, Briges terus mengembangkan sayap dalam dunia
geng hingga mengalami kekuatan kedua setelah XTC.

Dalam dunia pergengan di Bandung , Briges yang berdiri pada tahun
1980-an menempati posisi kedua dan sekaligus musuh bubuyutan XTC.

Beberapa tahun belakangan, Briges berubah arti. Semula Brigadir
Seven, tiba-tiba pada tahun 1999 berubah menjadi Brigadir
Gestapu. Ketika nama Gestapu melekat pada kelompok mereka aksi
brutalnya pun semakin menjadi-jadi. Setiap hari terus tawuran dan
menyerang sekolah-kolah di Bandung . Tak kurang dari seminggu tiga
kali, Beriges selalu bentrok dengan XTC.

Dalam pencaturan wilayah kekuasaan, Briges hanya mengendalikan
beberapa jumlah ruas jalan yang ada di Bandung . Jalan Lengkong
Kecil dan Besar, tempat sekolah mereka berdiri, merupakan daerah
kekuasaan utamanya yang tak bisa diganggu siapapun. Ketika
nyalinya semakin tinggi, Jalan Asia Afrika berhasil diambilalih
termasuk Jalan Sudirman kota Bandung .

Moonraker, geng motor yang beridiri pada tahun 1978. Para pendiri
geng ini merupakan siswa SMA yang ada di Jalan Dago yang
mencintai dunia balapan motor pada waktu itu. Nama geng itu
sendiri diambil dari judul film James Bond yang sedang naik daun
pada waktu itu. Dalam pencaturan jumlah anggota geng ini di bawah
Briges. Kecilnya anggota bukan jadi ukuran dalam dunia kejahatan.

Anggota Moonraker sama saja dengan yang lain, beringas, ganas dan
selalu siap perang pada malam hari. Di bawah naungan bendera
merah putih biru bergambarkan kelelawar, Mounraker mampu berkuasa
di kota ini. Sepanjang Jalan Dago, Dipati Ukur dan Dago pojok
merupakan wilayah kekuasaanya. Belakangan geng ini sering bentrok
dengan XTC menyusul sebagian wilayahnya telah dieksvansi geng
itu.

Grab On Road (GRB) merupakan geng motor paling bontot di Kota
Kembang. Anggota mayopritas anak SMP 2 yang memiliki hobi balapan
setiap malam. Di bawah bendera merah kining hitam, geng tetap
berjalan meski anggotanya hanya sedikit dibanding tiga geng
lainnya.

Daerah kekuasaan mereka sepanjang Jalan Sunda, Sumatera dan
sekitarnya.

Geng ini lamban dalam melakukan perkerutan anggota. Hal itu
tertjadi karena pentolan pengurus masih anak SMP sehingga pola
pegembangan organisasdinya cukup lamban. Kejahatan, jangan
ditanya. Beringasnya sama saja, kata polisi.

INCAR EMPAT GENG Empat geng motor yang terus membuat kisruh di
Bandung nyatanya turut mengundang amarah polisi. Tak
tanggung-tanggung, Kapolrtesta Bandung Tengah AKBP Mashudi
menegaskan empat geng motor itu yang menjadi inacaran kepolisian.
Keempat geng ini incaran kami karena selalu bikin ulah,
tandasnya.

Polisi mengincar geng motor sangat dimalumi. Pasalnya, dalam dua
bulan terakhir tercatat tiga warga tewas sia-sia akibat dibantai
anggota geng motor. Sebut saja Asep siswa SMA tewas dibantai
kemudian mayatnya dibuang ke sungai di Celenyi Kabupaten Bandung .
Kemudian sensi anak SMA tewas dibantai geng motor dan mayatnya
dibuang diselokan daerah margahayu raya. Korban ketiga PNS Kanwil
Bea Cukai Merak Banten

Putu. Korban ini dibantai ketika sedang silaturahmi ke teannya di
Bandung .

Aksi kejahatan yang dilakukan geng motor, lanjut Mashudi, sangat
monoton. Mereka berkelompok menyergap merampas dan menguras
hartanya. Bila melawan korban dihabisi. Geng ini tak mau
bergerak sendirian, tegasnya. Dari fakta yang ada, lanjut dia,
korban warga biasa (diluar anak sekolah) dibunuh ketiuka mereka
melawan. Alasan melakukan pembunuhan sangat enteng yaitu salah
sasaran.

Jika korban menimpa anak SMA itu murni dibantai karena adanya
permusuhan antara geng. Korban terpaksa dibantai karena diduga
menyakiti anggota geng lain, atau mengkhianati geng yang korban
masuki. Pengunglapan sangat a lot karena pelajar yang berhasil
ditangkap selalu tutup mulut untuk ketika ditanya masalah gengnya
itu,.

Berdasar bukti yang ada, anggota geng motor merupakan anak dari
para pejabat yang ada di kota bandung . Melihat status sosial
orang tuanya, ada kesan polisi nampak menutup sebelah mata
terhadap aksi kejahatan geng motor tadi. Namun, Kapolda Jabar
Irjen Pol Sunarko, memberikan sinyal, supaya geng motor yang
berulah diproses secara hukum. Tak peduli anak siapa dan
darimana, kalau bersalah proises sesuai hokum, tegas kapolda
kemarin.

BISA MEMBAHAYAKAN KRIMINOLOG Soedjono, berkomentar blak-blakan
masalah geng motor ini. Dia mengaku blak-blakan atas keburutalan
mereka. Jangan dibiarkan, bisa-bisa nantinya membahayakan!

Geng motor kata dia, merupakan wadah yang mampu memberikan gejala
watak keberingasan anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari
trend an mode yang sedang berlangsung saat itu. Aksi brutal itu
perlu diredam. Mulanya berbuat jahat dari yang ringan seperti
bolos sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan membunuh.
Lumrahnya jika sudah berani jahat ada indikasi mereka
mengkonsumsi narkoba, kata dia.

Menyikapi masalah ancaman terhadap polisi, demikian Soedjono,
perlu dijadikan alat kaji diri untuk kepolsian. Ancaman mereka
nampaknya serius karena anggota geng mengakui polisi merupakan
penghalang utama dalam melakukan kejahatan. Mereka berlaku jahat
ujung-ujungnya berusurasan dengan polisi. Makanya mereka benci
polisi, tuturnya.

Begitu pun membenci melawan orang tua. Mereka sadar karena masih
sekolah sumber keuangan ada di orang tua. Olehgkarenanya, jika
orang tua tak memberi uang cukup, mereka terpoaksa membenci dan
mengancam orangtuanya tadi. Sedang aksi kejahatan berupa
perampasan dan perampokan, merupakan jalan lain untuk
m,endapatkan penghasilan. Pola piker seperti harus segera
dihentikan,.

Solusi konkret yang perlu ditempuh adalah, kepolisian haruis
konsisten memberantas mereka. Kemudian DInas pendidikan dan
sekolah harus turut bergandeng tangan dengan polri dalam
meminimalisir aksi kejahatan itu. Jangan ada kesan Diknas cuci
tangan Karen ada polisi. Cuci tangan ini yang membahayakan,
katanya.

TEMBAK DITEMPAT Kebrutalan geng motor bukan saja dirasakan pihak
kepolisian. Warga pun kini mulai merasa gerah akan ulah mereka.
Aksi mereka yang dilakukan tengah malam, membuat rasa takut warga
Bandung untuk jalan-jalan di malam hari. kami merasa tak nyaman
malam hari di bandung . Khawatir geng motor nyerang dan merampas
motor. Olehkarenya kami setuju kalau mereka yang berbuat jahat
tembak ditempat saja, kata warga, Yunus,45,.

Hal sama diungkapkan tokoh masyarakat wilayah Bandung Timur. H.
Muhamad Husein dengan tegas meminta supaya polisi bertyindak
tegas kepada geng motor ketika melakukan aksi kejahatan. kami
piker tak perlku pusing kalau sudah cukup bukti dan tertanghkap
basah berlaku jahat tembak mati saja, katanya.

Tembak mati atau tembak melumpuhkan, merupakan stimulus jitu
untuk memberikan efek jera pada meraka. Namun, action polisi
mengarah ke penembakan itu belum, ada, sehingga ada kesan polri
sangat menutup mata akan kejahatan geng motor tadi. Geng motor
yang diproses di perngadilan tak akan memberikan efek jera.
Ketika pelaku divonis bebas, rekan-rekannya menyambut dan
mengelu-eluka. Jika anggota geng motor ditangjap dan diadili maka
anggota itu menjadi pahlawan, tegasnya.

Olehkarenya, untuk memberikan rasa aman pada warga dan tamu luar
kota yang dating ke bandung , tiondakan tegas kepada anggota geng
motor harus segera dilakukan. Kami sangat prihatin bila ada tamu
ke

Bandung kemudian tewas dibantai geng motor. Mereak telah merusak
citra kota Bandung , katanya, seraya menambahkan, warga luar kotra
yang ada di bandung waspadalah bila jalan-jalan pada tengah
malam.



--
"Berpikirlah Positif, Dunia Akan Tersenyum"